Sempat diduga menjadi korban penculikan, Muhamad Hakim yang masih berusia tiga tahun ditemukan tidak bernyawa di Kali Banten, Kampung Baru, RT/RW 01/04, Kelurahan Kagungan, Kecamatan Serang, Minggu (9/4). Namun, proses pemakamannya belum bisa dilangsungkan lantaran jenazah Hakim masih di rumah sakit.
SUPRIYONO – Serang
Kemarin sore, M Alwan Mardjuk, ayah Hakim, tertunduk lesu di ruang tamu kediamannya di Lingkungan Kaujon Masjid Kuno, Kota Serang. Ditemani beberapa kerabatnya, matanya tampak sembab. Ia hanya bisa berpasrah diri sembari menunggu jenazah anaknya bisa segera diurus untuk pemakaman.
Pria berusia 45 tahun ini tak menyangka bahwa putra bungsunya begitu cepat meninggalkan dirinya.
Seruan panggilan ‘ayah’ yang kerap dilontarkan Hakim setiap pagi saat Alwan hendak berkebun tak akan lagi terdengar. Keceriaan Hakim pun hanya menjadi memori yang diingat Alwan. “Malam itu (sebelum kejadian-red) jam dua malam dia sempat bangun dan minta guling dari kakaknya yang sedang nonton bola,” kata Alwan saat ditemui Radar Banten.
Tak disangka-sangka, permintaan tersebut ternyata menjadi hari terakhir melihat keluguan si kecil. Pagi hari saat dirinya bangun tidur tak mendengar lagi suara anaknya. “Biasanya kan ramai, pas saya bangun dan bikin kopi kok sudah tidak ada suaranya,” ujarnya.
Hakim hilang pada Kamis (6/4). Orangtua Hakim baru melapor ke polisi pada Jumat (7/4).
Alwan bergegas menanyakan kepada anaknya yang lain. Tidak ada yang tahu persis keberadaan si bungsu. Namun, ada informasi dari pengakuan anak perempuannya yang sempat melihat Hakim menonton televisi di ruang tengah rumah.
Saat itu informasi menyebar ke warga. Dibantu oleh warga, Alwan dan keluarganya terus mencari balita tersebut. Pencarian hingga di pinggiran Sungai Cibanten yang hanya berjarak sekira 50 meter dari rumah. “Kita sempat cari-cari sampai akhirnya lapor ke polisi,” katanya.
Setelah tiga hari tak ada kabar pasca melaporkan ke pihak kepolisian, kabar duka justru menghampirinya. Hakim dikabarkan ditemukan dalam keadaan tak bernyawa lantaran hanyut di sungai pada Sabtu (9/4). “Namanya orangtua, Mas, pasti sedih, tapi ya bersyukur ada kejelasan ditemukan,” kata Alwan menghela napas.
Penemuan ini membuat Alwan dan keluarganya kehilangan. Bahkan, hingga kemarin, saat tetangga berduyun-duyun ke rumahnya untuk menyampaikan belasungkawa, istri Alwan tak terlihat. Dari pengakuan Alwan, istrinya masih syok atas kejadian ini. Ia masih belum bisa banyak bicara dan hanya berdiam diri di dalam kamar. “Ibu ada, cuma masih syok,” lirih Alwan.
Meski belum bisa mengambil jenazah anaknya yang masih di RSUD dr Drajat Prawinegara, Kota Serang, Alwan tetap melangsungkan tahlil doa bersama di rumahnya. Tetangga di sekitar rumah ikut berdatangan untuk mendoakan almarhum si kecil. “Mudah-mudahan besok (hari ini-red) bisa segera selesai urusannya dan kami bisa mengebumikan Hakim,” tambah Andrie Noviaprie, kerabat Alwan.
“Mungkin karena sekarang (kemarin-red) hari libur jadi belum bisa diurus administrasinya karena harus ada izin pengambilan jenazah dari pihak kepolisian juga,” sambung pria yang akrab disapa Andrie.
Andrie yang memiliki anak sebaya dengan Hakim juga mengaku kaget atas kejadian itu. Baginya, Hakim anak yang periang dan sesekali melakukan iseng layaknya anak di usianya. “Waktu itu sempat, kita datang ke rumah nenek (di depan rumah Hakim-red) sandal anak saya diumpetin dan baru dikembalikan kalau mau pulang. Makanya, kemarin anak saya tanya, nanti siapa yang umpetin sandal. Hakim…Hakim…,” kenang Andrie.
Duka dan kehilangan juga dirasakan Aji Mulya, kakak ketiga Hakim. Pria yang sehari-hari bekerja di Cilegon dan tinggal di Baros Kabupaten Serang ini hanya bisa mengenang adiknya yang ceria. Biasanya Aji akan datang berkunjung ke rumah ayahnya di setiap akhir pekan. “Saya jarang kasih uang, tapi paling bawain jajan sama susu cokelat kesukaannya,” kata Aji.
Yang membuatnya kehilangan, bakalan tidak ada lagi orang menagih jajan padanya. “Kalau saya datang dan tidak bawa susu, pasti akan ditagih, dan biasanya baru kita bareng nyari kemana yang dekat sini,” kenang Aji.
Tak hanya keluarga, kepergian Hakim juga mengagetkan tetanga di sekitar rumah. Apalagi, Hakim anak yang ceria dan dekat dengan semua orang. “Biasanya pagi-pagi dia (Hakim) suka ke sini, malah suka ikut kalau saya anter anak saya sekolah,” kata Teh Aan yang rumahnya berdekatan dengan Hakim.
Hakim yang kerap bermain dengan anaknya juga kadang ikut makan bersama di rumah Teh Aan. Yang membuatnya senang, Hakim anak yang ceria dan mau makan apa saja tanpa pilih. “Anaknya enggak aneh-aneh, kalau dikasih makan apa saja juga mau. Jadi sedih saja, dia enggak ada,” keluhnya. (*)