SEBETULNYA kehidupan rumah tangga Juhdi (34) dan Esih (33) cukup bahagia. Dari hasil pernikahan mereka yang memasuki usia tujuh tahun, mereka sudah dikaruniai dua anak. Hanya saja, selama itu pula Juhdi terus-terusan dihantui unek-unek akan sikap Esih. Namun, sampai saat ini, tak pernah berani disampaikan Juhdi kepada Esih. Juhdi khawatir, Esih terpancing emosi dan kemudian marah hingga berakhir dengan perpisahan. Meskipun selama mengenal Esih, tak sekalipun Juhdi melihat istrinya marah atau sekadar melotot.
“Saya tuh terlalu sayang sama istri. Soalnya, perjuangan mendapatkan Esih dulu sampai berdarah-darah,” akunya. Lebay deh.
Diakui Juhdi, Esih adalah perempuan satu-satunya yang paling dicintainya dari sejak pertama kali bertemu. Sosok Esih, berdasarkan pengakuan Juhdi, cantiknya sih sederhana, tetapi di balik kesederhanaannya itu, banyak kelebihan Esih yang patut dibanggakan.
Selain rupawan, hitam manis, Esih juga berdikari, terlebih tahu agama. Esih rajin salat dan pintar mengaji. Maka tak heran kalau Esih mendapat predikat istri salihah dari tetangga, kerabat, maupun keluarganya setelah menikah dengan Juhdi. Bahkan, Juhdi dianggap beruntung bisa memiliki Esih yang sejatinya menjadi tulang punggung keluarga.
Dari sejak masih perawan, Esih tak pernah menggantungkan hidupnya kepada siapapun, termasuk kepada orangtuanya. Lain dengan Juhdi, Ia terang-terangan mengaku menjalankan bisnis usahanya yang merupakan hasil warisan orangtua.
Juhdi memiliki kios jual beli handphone di Serang. Sementara Esih, bekerja sebagai SPG, tapi bukan yang berpenampilan seksi, Esih tetap menjaga auratnya. Selama bekerja, tak pernah menanggalkan kerudungnya. Bahkan, di perusahaannya, Esih termasuk karyawan yang paling terpercaya. Makanya, Juhdi begitu bangga ketika Esih menerimanya sebagai pendamping hidup.
Meskipun, dinilai Juhdi, jawaban Esih agak terpaksa. Karena sebelumnya, Esih mengaku sempat dikecewakan soal urusan cinta oleh pria lain, sebelum menikah dengan pria bertubuh kurus tersebut. Lantaran itu, sampai saat ini Juhdi tak berani mengungkapkan unek-unek itu kepada Esih.
“Kalau sudah dekat Esih tuh, lidah mendadak kelu. Inginnya langsung naik ke ranjang saja,” ujarnya. Yey, dasar cabul. “Ya sayang saja Kang. Masa punya istri cantik ditelantarkan, manfaatkan dong,” sanggahnya. Terus, soal unek-unek, memang unek-unek apa sih Bang?
Diceritakan Juhdi bahwa ia kecewa dengan sikap Esih yang masih teringat mantan terakhirnya. Juhdi memang tidak mendengar langsung dari mulut Esih. Tapi, dari cerita teman-teman Esih yang juga kini berteman dengan Juhdi, membocorkan persoalan itu. “Ingin membahas itu (unek-unek-red), tapi takut Esih marah. Soalnya, dari cerita teman itu, Esih selama menjadi istri saya, mengaku belum bisa melupakan mantannya itu,” terangnya. Jangan suudzon dulu Kang, positive thinking saja.
Awalnya, Juhdi tidak langsung percaya. Sampai akhirnya, Juhdi mendengar dari anak sulungnya kalau Esih sempat janjian bertemu dengan pria lain di rumah makan.
Kebetulan, Esih mengajak anak sulungnya saat itu. Mungkin dipikir Esih, anak usia tujuh tahunan tak mungkin mengerti masalah orang dewasa. Pengakuan anaknya, sosok pria yang ditemui Esih persis dengan sosok mantan Esih yang terakhir, sebut saja Joni.
“Kata anak saya, pulang makan dia (anak sulung-red) dikasih jajan sama lelaki itu, terus Esih diciumnya sebelum pulang dari rumah makan. Bagaimana enggak cemburu coba. Kalau teman, mana mungkin kayak begitu,” kesalnya.
Sang mantan pergi di saat Esih sedang sayang-sayangnya, tiba-tiba saja pergi tanpa pesan. Konon, sang mantan sudah mempunyai gebetan baru sehingga nekat meninggalkan Esih. Hanya saja, Esih tidak serta merta percaya dengan isu yang beredar ke telinganya soal buruknya sifat Joni. Maka dari itu, Esih yang masih dihantui rasa penasaran, tak pernah patah semangat mencari kebenaran itu.
Bahkan, sepekan mau menikah dengan Juhdi, Esih masih sempat-sempatnya menulis undangan khusus buat Joni. Esih antarkan langsung undangan itu kepada keluarga Joni. Sambil iseng-iseng berhadiah, Esih berkesempatan menanyakan kabar serta alamat Joni. Soalnya, selama setahun, Joni tak pernah sekali pun memberikan kabar dan kepastian soal hubungannya dengan Esih.
Sayangnya, keinginan Esih itu tak pernah terwujud. Esih pun kecewa karena sepertinya sudah tidak ada peluang bagi Esih menjadi pendamping hidup Joni. Lima tahun pasca menikah, Esih tak sengaja bertemu kembali dengan Joni yang juga sudah berkeluarga dan memiliki anak.
“Mungkin setelah pertemuan itu mendapat penjelasan dari si Joni, jadi semakin intens bertemu, telepon-teleponan, sampai suka mengajak ketemuan. Kucing-kucingan sama saya,” meong-meong dong. “Mencari celahnya pas saya jaga kios atau pas Esih pulang kerja, kayaknya nyimpang dulu,” prediksi Juhdi.
Pastikan dulu Kang, jangan dengar cerita dari orang. “Benar Kang, saya penah baca di ponselnya, kalau dia SMS mesra sama si Joni. Terus, suka janjian begitu. Tapi, kalau saya bahas, ya itu, takut Esih marah karena dianggap sudah tidak menghargai privasinya, terus ditinggalkan deh, bagaimana tuh?” tanyanya.
Ya itu sih derita Akang ya, hehehe bercanda Kang. Terus, sekarang Akang maunya bagaimana? Kalau dibiarkan, bisa jadi bisulan. Mendengar pertanyaan itu, Juhdi mengaku masih bingung dan tak pernah terpikirkan akan berbuat apa.
“Yang pasti, saya ingin Esih bisa mengerti, tapi takut gagal paham. Niat saya cuma ingin menjaga keutuhan rumah tangga, itu saja,“ ucapnya.
Ya solusinya, Akang tetap harus bicara, jangan diam saja, daripada kebablasan!. “Iya sih, kita lihat saja nanti. Tunggu waktu yang tepat. Pasti saya bakal bicara baik-baik dengan Esih,” tegasnya. Nah, begitu dong, semangat Kang. (Nizar S/Radar Banten)