SERANG – Sepanjang 2016, sebanyak 338 penderita human immunodeficiency virus (HIV) dan acquired immune deficiency syndrome (AIDS) di Provinsi Banten meninggal dunia. Berdasarkan data kumulatif Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Banten, hingga Desember 2016 tercatat ada 3.200 kasus HIV dan 1.730 kasus AIDS.
Koordinator Program Pencegahan dan Penanggulangan HIV AIDS KPA Provinsi Banten Jordan Muahmad Aziz Jempormase mengatakan, akumulasi kasus HIV dan AIDS di Banten itu dihitung sejak 1998 hingga Desember 2016. Pertumbuhan per tahunnya tercatat mencapai puluhan kasus. Pertambahan per tahunnya kira-kira puluhan kasus. “Dari delapan kabupaten kota di Provinsi Banten, kasus HIV paling banyak ditemukan di Kabupaten Tangerang, sementara AIDS paling banyak ditemukan di Kota Tangerang,” ujar Jordan kepada Radar Banten, Minggu (28/5).
Ia menjelaskan, sebelum 2015 HIV paling banyak ditemukan di Kota Tangerang dan AIDS di Kabupaten Tangerang. Sementara, sejak 2015 ke sini kondisinya jadi kasus HIV yang paling banyak ditemukan di Kabupaten Tangerang, sedangkan AIDS paling banyak ditermukan di Kota Tangerang. “Belakangan ini, rata-rata penyebaran kasusnya melalui seks. Kondisi ini berbeda dengan penyebaran kasus tahun sebelumnya yang banyak didominasi melalui jarum suntik. Kalau sekarang anak remaja sudah tren LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender), sudah pada pacaran,” katanya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Banten Sigit Wardojo dalam kegiatan Malam Renungan AID Nusantara (MRAN) yang digelar oleh KPA Provinsi Banten di The Claps Night Market, Citra Land Puri Serang, Ciracas, Kota Serang, beberapa waktu lalu mengatakan, pertumbuhan kasus tersebut perlu mendapat perhatian serius dari berbagai kalangan, utamanya orangtua. “Peran yang dapat diambil orangtua untuk mencegah penyebaran kasus ini dengan cara mengawasi pergaulan anak. Pergaulan bebas menjadi faktor penyebab seks bebas,” katanya.
“Sejauh ini, Dinkes Provinsi Banten telah berupaya melakukan pencegahan pertumbuhan kasus dengan cara mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyakat,” tambah Sigit.
Untuk itu, kata dia, hingga 2017 pihaknya sudah mengembangkan layanan untuk HIV dan AIDS di sembilan rumah sakit di Banten. Rumah Sakit Umum Tangerang, Rumah Sakit Balaraja, Rumah Sakit Kodam, Rumah Sakit Siloam, Rumah Sakit Usada Insani, Rumah Sakit Umum Tangsel (Tangerang Selatan), Rumah Sakit Umum Cilegon, Rumah Sakit Krakatau Medika, Rumah Sakit Umum Adjidarmo, dan Rumah Sakit Umum Berkah Pandeglang. “Selain dengan rumah sakit, kami juga telah mengembangkan layanan untuk HIV dan AIDS di beberapa puskesmas di Banten. Masyarakat harus tahu. Dengan kita tahu maka dapat melakukan upaya pencegahan, yang penting pencegahan,” katanya.
Kendati demikian, pihaknya berharap masyarakat tidak perlu mendiskriminasi orang dengan HIV AIDS (ODHA). Masyarakat mestinya terlibat aktif dalam memberikan pendidikan ODHA. “Mendorong semua pihak untuk melibatkan ODHA dalam berbagai sendi kehidupan,” tandasnya. (Fauzan Dardiri/Radar Banten)