Tinggal serumah bersama ibu mertua, membuat Jarwo (34), nama samaran, tak mampu menahan godaan janda yang ditinggal mati suaminya. Padahal, setiap hari sang istri tercinta, sebut saja Kunah (31), selalu berada di rumah mengurus sang buah hati yang masih bayi.
Seolah tak takut akan kepergok Kunah, Jarwo dan mertuanya diam-diam menjalin hubungan. Meski awalnya terkesan kurang ajar, tetapi keduanya tak bisa membohongi kalau sama-sama memiliki rasa.
Sudah jatuh tertimpa tangga, Kunah yang rela hidup susah, harus menelan kekecewaan lantaran sang suami tega selingkuh. Parahnya, bukan orang lain yang menjadi pelakor suaminya, melainkan ibunya sendiri. Entah apa yang harus diperbuat, Kunah merasa hidup jadi tak berarti.
Ya ampun, sabar ya Teh!
“Saya enggak kuat menceritakannya, Kang. Ini benar-benar kejadian yang paling bikin saya hancur. Enggak nyangka dia bisa begitu sama ibu saya sendiri,” ungkap Kunah sambil terisak saat diwawancarai Radar Banten.
Kunah mengakui, pasca melahirkan anak pertama, ia memang jarang melayani sang suami lantaran kondisinya yang belum pulih. Bidan di klinik tempatnya melahirkan pun menyarankan agar tidak melakukan hubungan suami-istri terlebih dahulu.
Berkali-kali menolak ajakan Jarwo untuk ‘begituan’, Kunah tak menyangka akan berdampak buruk bagi masa depan hubungan. Entah mencari pelarian atau memang tergoda ibu mertua, Jarwo berani melakukan tindakan yang sangat keterlaluan.
Parahnya, bukannya melarang dan mencegah hal itu terjadi, sang ibu malah diam dan cenderung menikmati. Ibarat bernostalgia dengan sesuatu yang sudah lama tidak didapat, sang ibu tak memikirkan bagaimana perasaan sang anak kalau mengetahui apa yang dilakukannya.
Hingga suatu hari, peristiwa itu terjadi. Jarwo yang pulang bekerja pada malam hari, secara sembunyi-senyum memasuki kamar sang ibu mertua. Lantaran luas rumah yang tak seberapa, suara berisik dari kamar terdengar Kunah yang waktu itu masih menyusui anaknya.
Penasaran dengan apa yang terjadi, ia pun diam-diam mengintip ke kamar ibunya. Bagai melihat hantu yang menyeramkan, matanya terbelalak dan tak menyangka akan apa yang terjadi di hadapannya. Sambil menangis berteriak histeris, Kunah melabrak suaminya yang tengah asyik bersama sang ibu.
Oalah, ngeri amat, ya!
“Waktu itu saya serasa enggak menapak lagi ke tanah, Kang. Saking kaget dan enggak nyangka, langsung ambil sapu dan saya gebuk tuh Kang Jarwo,” tukas Kunah emosi.
Memang mereka lagi ngapain, Teh?
“Saya inget banget, Kang Jarwo sih sudah duduk di atas kasur dan ibu tiduran. Hmm, enggak kuat saya menceritakannya, Kang,” tutur Kunah.
Seperti diceritakan Kunah, Jarwo sebenarnya lelaki baik. Terlahir dari keluarga tak mampu, ia tipe lelaki pekerja keras dan bertanggung jawab. Hanya menamatkan pendidikan di tingkat SMP, sejak muda bekerja sebagai buruh tani milik tetangga. Tak heran jika tubuhnya kekar.
Berkulit sawo matang, ia memiliki wajah yang tampan. Namun lantaran terbiasa disuruh-suruh orang, ia selalu merasa tak percaya diri ketika berhadapan dengan wanita. Hal itu dirasakan Kunah waktu pertama kali berjumpa.
Kunah termasuk wanita cantik. Dengan kulit putih dan wajah manisnya, bukan hal sulit untuk mencari lelaki. Namun lantaran tubuhnya yang kecil, Kunah terkadang memang memiliki kondisi yang lemah. Ia tidak bisa bekerja berat dan sering sakit.
Dikenalkan kedua orangtua, Jarwo sangat gugup di hadapan keluarga sang wanita. Saking gugupnya, berbicara pun sampai terbata-bata. Namun anehnya, Kunah justru suka tipe seperti Jarwo. Pendiam, pemalu, tapi terlihat macho dengan tubuh kekarnya.
Singkat cerita, menikahlah Jarwo dan Kunah. Dengan pesta sederhana, hanya mengundang tetangga dan sanak saudara. Keduanya mengikat janji sehidup semati dan resmi menjadi sepasang suami istri. Dengan profesi Jarwo yang hanya pekerja serabutan, mereka bersiap membangun bahtera rumah tangga.
Di awal pernikahan, Jarwo menjadi sosok suami yang penuh perhatian. Meski dalam kondisi kekurangan, ia selalu melayani dan menuruti apa yang diminta sang istri. Maklumlah, namanya juga pengantin baru, ibarat bunga, rasa sayang mereka sedang mekar-mekarnya.
Hingga dua tahun kemudian, Kunah melahirkan anak pertama, membuat Jarwo bahagia. Seluruh keluarga pun turut bersuka-cita, hubungan mereka semakin mesra. Tiga bulan berjalan, Kunah semakin sibuk mengurusi anaknya. Setiap malam pasti menyusui sampai tak punya waktu untuk suami.
Terlebih, kondisi yang masih belum memungkinkan untuk melakukan hubungan, membuat Kunah menolak ajakan Jarwo untuk bercinta. Apa mau dikata, hal itu menjadi penyebab awal dari kacaunya rumah tangga. Jarwo diam-diam menjalin hubungan dengan sang mertua.
Apa mau dikata, Kunah mengamuk menyaksikan hubungan terlarang anatara suami dan ibunya. Bagai gunung merapi yang sedang meletus, amukannya memancing perhatian tetangga. Sontak kabar itu merebak ke seluruh kampung. Tak kuat menahan perih, Kunah menuntut cerai.
“Saya tidak bisa memaafkan, ini sangat menyakitkan, daripada bakal tersiksa mending cerai saja,” katanya kepada Jarwo.
Jarwo pun tak berdaya, ia angkat kaki dari rumah. Seolah menyesali apa yang sudah diperbuatnya, ia berkali-kali berlutut di kaki Kunah, tetapi semua hanya sia-sia. Jarwo tak memiliki kesempatan kedua, rumah tangga hancur dan berakhir untuk selamanya.
Akibat kejadian itu, hubungan anak dan sang ibu pun tak lagi akur. Kunah pergi dari rumah, sang ibu menyesal dan merutuki diri. Seolah tak bisa melupakan peristiwa menjengkelkan itu, setiap kali bertemu, keduanya pasti bertengkar. Membuat orang-orang ikut kesal.
Ya ampun, sabar ya Teh Kunah. Ini cobaan hidup namanya. Banyak berdoa dan beristigfar, insya Allah jodoh yang lebih baik akan datang. Amin. (daru-zetizen/zee/ira/RBG)