SERANG – Bayer Indonesia, perusahaan global dengan kompetensi bidang kesehatan dan pertanian meresmikan program Better Life Farming (BLF) wilayah Banten di Desa Tirem, Kecamatan Lebakwangi, Jumat (11/12). BLF merupakan pusat pengembangan terpadu bagi kelompok tani dan petani.
Acara peresmian dihadiri Kepala Kantor Regional 1 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dhani Gunawan Idat, Kepala Dinas Pertanian (Distan) Provinsi Banten Agus M Tauchid, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Provinsi Banten Emong Suhaeti, serta Country Commercial Lead Crop Science Bayer Indonesia & Malaysia, Patrick Gerlich.
Patrick menjelaskan, BLF merupakan pusat pengembangan terpadu bagi kelompok tani dan petani dengan kegiatan berupa bimbingan dan pelatihan on-farm dan kewirausahaan. Katanya, melalui BLF juga petani akan difasilitasi akses pembiayaan, asuransi pertanian, hingga akses pasar. Disebutkan Patrick, program direncanakan berlokasi di 17 provinsi di Indonesia dan menjangkau sekira 4 juta petani, dimana 20 persen petani di antaranya perempuan dan 2,5 juta petani muda atau milenial. “Salah satunya di Provinsi Banten (BLF-red) lokasinya di Kecamatan Lebakwangi ini,” ungkapnya.
Selain itu, sambung Patrick, program BLF juga bertujuan mendukung visi pertanian jangka menengah pemerintah Indonesia tahun 2020-2024. Program diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan petani melalui peningkatan ketahanan pangan dan daya saing pertanian. Menurutnya, saat ini banyak petani mengalami kesulitan menjual hasil panen, sehingga pendapatannya menurun. “Terutama di masa pandemi ini menjadi ancaman pada potensi produksi pangan nasional. Jika dikelola dengan tepat, maka akan bermanfaat bagi kesejahteraan petani,” terangnya.
Melalui program itu juga, lanjut Patrick, Better Life Farming Center (BLFC) dan mitra membuka akses teknologi dan pendidikan serta pendampingan, termasuk akses pembiayaan bagi petani agar dapat mengelola bisnis pertanian secara profesional dan layak secara komersial.
Sementara itu, Kepala Distan Banten Agus M Tauchid mengatakan, berdasarkan hasil sensus pertanian ada penurunan rumah tangga petani di Banten. Dilihat dari sisi usia, lanjtu Agus, mayoritas petani di Banten didominasi usia di atas 45 tahun. Maka dari itu, menurut Agus, dengan adanya program BLF bisa menarik minat petani muda dengan cara sistem teknologi dan efisiensi di lapangan. “Bidang pertanian ini kan cukup menjanjikan,” ujarnya. (jek/zai)