Untuk itu, dirinya meminta agar Kementerian Pertanian dan pihak terkait lainnya dapat melakukan upaya konkret, seperti memaksimalkan produksi kedelai guna menstabilkan harga kedelai di pasaran.
“Menteri Pertanian harus melihat akan potensi lahan di Indonesia, serta SDM-nya yang kaya ini. Kekayaan itu mestinya bisa digunakan untuk membuka lahan pertanian kedelai, serta mendatangkan alat-alat canggih guna memaksimalkan hasil tani para petani kedelai. Jika di Indonesia satu hektare lahan dikelola oleh ratusan petani, tapi di luar negeri dengan menggunakan alat canggih hanya satu orang saja bisa mengelola beberapa hektar lahan,” katanya.
“Itu yang menjadi kesalahan Menteri saat ini, dimana kita terus bergantung dengan impor kedelai dari luar negeri, padahal potensi di dalam negeri sangat kaya ini. Seharusnya dimanfaatkan itu sebaik-baiknya,” sambungnya.
Ia berharap harga kedelai dapat kembali stabil dan dapat dijagkau oleh para pengrajin tahu dan tempe.
“Kita harap harganya kembali stabil, karena kalau seperti ini bisa bangkrut kita. Di Lebak hampir 70 persen pengrajin tahu, tempe memilih berhenti dibandingkan terus merugi,” pungkasnya.
Reporter: Yusuf Permana
Editor: Aas Arbi