SERANG, RADARBANTEN.CO.ID – Memasuki musim kemarau dan dampak El Nino, Perusahaan Umum Daerah Air Minum (Perumdam) Tirta Albantani mulai mengalami kesulitan untuk akses air baku.
Pasalnya, dua sungai yang menjadi andalan untuk suplai air untuk bahan baku produksi Perumdam Tirta Albantani yakni Sungai Cibanten dan Sungai Ciwaka mulai mengering.
Manager Umum dan Personalia Perumdam Tirta Albantani Ahmad Firdaus mengatakan, tersendatnya layanan selama ini terutama untuk konsumen yang lokasinya jauh ialah lantaran kekurangan ketersediaan air yang mulai mengalami kekurangan.
“Sungai Cibanten yang melewati Kota Serang sudah mulai mengering bahkan kami sempat membersihkan endapan lumpur yang ada di kali agar bisa masuk ke penampungan kita. Kita juga sampai melakukan bendung sungai agar akses air baku kita terpenuhi,” katanya, Minggu 3 September 2023.
Ia mengatakan, kesulitan akses air baku sudah terjadi sejak Juli 2023. Mulanya hanya terjadi di kawasan pesisir utara saja, namun saat ini meluas hingga Cibanten.
“Lebih ekstrem terasa sejak Juli dan Agustus awalnya Juli hanya di pesisir saja seperti Pontang, Tirtayasa dan Tanara. Untuk akses di sana kita mengandalkan sungai Ciwaka. Di sana terkendala sumbernya kecil dan ada bendung karet yang mengalami kebocoran,” jelasnya.
Ia mengatakan, akibat air yang terbatas, maka proses memproduksinya pula mengalami kendala sehingga membuat suplai air mengalami ketersendatan.
“Karena air yang terbatas, kita memproduksi tiga sampai empat jam karena kecil air bakunya sehingga membutuhkan waktu tiga sampai empat jam untuk mengisi bak. Begitu didistribusikan satu jam sudah habis. Belum juga sampai ke ujung sudah habis duluan,” terangnya.
Ia menjelaskan, biasanya dalam waktu normal, air baku yang diproduksi biasanya mencapai 40 liter per detik. Namun saat ini hanya di 10 sampai 20 liter per detik.
“Kalau produksi air bakunya normal 24 jam pasti akan teraliri kembali. Kita juga ngeri karena pompa penyedot air agak jauh dari instalasi itu juga sudah kita wanti-wanti ke operator sana jangan sampai pompa terbakar karena karena sumber airnya tidak ada,” jelasnya.
Ia pun menegaskan jika tersendatnya pasokan air selama ini bukan diakibatkan lantaran adanya kebocoran, melainkan bahan baku yang memang sudah mengalami kesulitan. Ia pun berharap agar dalam waktu dekat segera terjadi hujan sehingga produksi bisa kembali normal.
“Mudah-mudahan di September sampai Desember ini sudah mulai masuk musim penghujan,” jelasnya.
Selain itu, pihaknya juga memiliki kekhawatiran lantaran air baku yang ada saat ini dominan air dari pembuangan masyarakat. “Untuk menjaga kualitas kita menggunakan kaporit untuk menjernihkan air dan juga membunuh kuman,” pungkasnya.
Sebelumnya, warga Desa Domas, Kecamatan Pontang Babay mengeluhkan kondisi air PDAM yang tidak mengalir secara maksimal. Padahal mereka sangat membutuhkannya lantaran sumur-sumur milik warga mulai mengering.
“Ditambah lagi air PDAM yang tidak keluar sekalipun keluar itu pada saat malam hari dan itu pun dengan kualitas air yang dikatakan sangat tidak layak untuk mencuci untuk dijadikan air minum ataupun mandi,” jelasnya.
Lebih lanjut ia berharap agar pemerintah daerah segera menangani permasalahan yang terjadi di wilayahnya, agar masyarakat tidak mengalami krisis air bersih.
“Kami khawatir ini akan berdampak bagi kesehatan masyarakat artinya artinya ini harus menjadi perhatian bagi pemerintah daerah untuk mengambil langkah guna mengatasi kekeringan yang terjadi di Desa Domas,” jelasnya. (*)
Reporter: Ahmad Rizal Ramdhani
Editor: Abdul Rozak