SERANG, RADARBANTEN.CO.ID – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Serang mengungkap hasil uji laboratorium terhadap sampel air Sungai Ciujung.
DLH Kabupaten Serang menyimpulkan bahwa kualitas air Sungai Ciujung menurun akibat tercemar limbah industri dan limbah domestik..
Sebelumnya, DLH Kabupaten Serang telah melakukan pengambilan sempel air Sungai Ciujung di empat titik, yakni di Cikeusal, jembatan Kragilan, Ragas Masigit di Carenang, dan Jongjing di Tirtayasa.
Pengambilan sampe air Sungai Ciujung ini guna menindaklanjuti ikan-ikan yang mati dan air sungai yang menghitam.
Pengendali Dampak Lingkungan Ahli Muda pada DLH Kabupaten Serang, Muas Sisul Haq mengatakan, berdasarkan hasil uji lab yang sudah dilakukan, kualitas air di Ragas Masigit dan Jongjing mengalami pencemaran yang sangat tinggi.
“Titik satu dan dua relatif lebih baik, tidak ada parameter yang mempengaruhi baku mutu. Sementara, untuk titik tiga dan empat ada delapan parameter yang melebihi baku mutu. Dipengaruhi buangan domestik dan buangan industri,” katanya, Jumat, 29 September 2023.
Ia mengatakan, di dua titik pengujian yang berada di hilir didapati cemaran padatan terlarut atau TDS sangat tinggi melebihi baku mutu.
“Berdasarkan hasil uji lab itu titik yang makin ke daerah hilir yang mendekati muara itu kualitasnya semakin menurun. Itu kita lihat dari parameter TDS yakni padatan terlarut,” jelasnya.
Ia mengatakan, ada berbagai jenis zat yang terdeteksi terkandung dalam air Sungai Ciujung, yakni sulfat, Biological Oxygen Demand (BOD), sulfida, dan amoniak.
“Kalau kita lihat TDS itu kan padatan terlarut, dia mengandung material organik dan anorganik itu kalau kita lihat lagi material lainnya itu terdiri dari sulfat, BOD, sulfida dan amoniak,” jelasnya.
Ia menjelaskan, jika biasanya sulfat dan sulfida dapat bersumber dari buangan domestik dan industri yang menggunakan bahan baku asam sulfat.
“Untuk sulfat dan sulfida itu ada kemungkinan dari buangan domestik sulfaktan bisa dari deterjen atau dari industri yang menggunakan bahan bakunya asam sulfat, sulfur atau bahkan batu bara,” jelasnya.
Sementara, untuk kandungan amoniak dan BOD juga dapat dihasilkan dari limbah domestik ataupun industri makanan yang berada di sekitar bantaran sungai.
“Amoniak dan BOD juga sama, itu dari limbah domestik masyarakat, juga industri, terutama industri makanan. Jadi kalau kita simpulkan, sektor yang berkontribusi terhadap menurunnya kualitas air sungai itu buangan dari domestik dan industri,” tegasnya.
Setelah mengetahui hasil uji lab tersebut, DLH Kabupaten Serang akan melakukan pengawasan terhadap industri-industri yang menggunakan bahan baku tersebut.
“Begitu tau apa yang menjadi penyebab, pak Kadis memerintahkan tim pengawas untuk melakukan pengawasan di industri sesuai dengan temuan kita. Terutama yang berada di bantaran Sungai Ciujung, itu sedang berjalan,” katanya.
Penurunan kualitas air Sungai Ciujung juga dipengaruhi oleh debit air sungai yang menyusut, sehingga membuat padatan terlarut memiliki konsentrasi yang sangat tinggi.
“Ini berpengaruh terhadap arus aliran air, sehingga arusnya ini menjadi tidak kuat, jadi tenang, sehingga material terkumpul di situ, di titik terakhir. Itu paling tinggi TDS-nya melebihi baku mutu,” pungkasnya.
Penurunan kualitas air Sungai Ciujung ini membuat Komisi IV DPRD Kabupaten Serang melakukan inspeksi mendadak (Sidak) ke PT Indah Kiat Pulp & Paper di Desa Kragilan pada tanggal 27 September 2023.
Anggota Komisi IV DPRD Kabupaten Serang, Ahmadi mengatakan, sidak dilakukan guna untuk menindaklanjuti laporan-laporan yang masuk dari masyarakat mengenai dugaan pencemaran Sungai Ciujung.
Berdasarkan hasil sidak, PT Indah Kiat Pulp & Paper diketahui memproduksi limbah cair sebanyak 52 ribu meter kubik per hari. Limbah cair ini dibuang ke Sungai Ciujung.
“Yang kita permasalahkan dari air yang dari mesin water treatment masih berwarna cokelat karena ada zat kayu. Juga mengenai izin yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah perihal pengolahan air limbah sebanyak 4.000 meter kubik dari mesin water treatment pertama,” jelasnya. (*)
Reporter: Ahmad Rizal Ramdhani
Editor: Agus Priwandono