Oleh : Dr. KH. Encep Safrudin Muhyi. MM., M.Sc., Pimpinan Pondok Pesantren Fathul Adzmi
Mukadimah
Hari Santri tahun 2023 mengangkat tema “Jihad Santri Jayakan Negeri”. Tema ini menegaskan sekali bahwa kejayaan dan kemerdekaan negara juga merupakan buah dari jihad atau perjuangan para santri.
Secara Historis, Hari Santri sebagai pengingat bahwa peran santri memiliki andil besar dalam perjuangan mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Makna historical juga merujuk pada peristiwa pencetusan Resolusi Jihad oleh Kiai Hasyim Asy’ari.
Sementara secara kontekstual, tema ini menekankan bahwa santri terus berkontribusi aktif dalam kemajuan negeri, tidak melulu mengenai bidang agama. Resolusi Jihad dalam tema ini adalah gerakan santri di Indonesia untuk menetapkan landasan berpikir untuk berkaya bagi bangsa, dan memerangi radikalisme yang mengarah kepada tindakan provokatif.
Santri identik dengan karakater kearifan, yakni bersikap sabar, rendah hati, patuh pada ketentuan hukum agama, mampu mencapai tujuan tanpa merugikan orang lain, dan mendatangkan manfaat bagi kepentingan bersama. Menghormati perbedaan dan keberagaman.
Dengan demikian, santri adalah sebutan orang yang belajar ilmu agama di pondok pesantren dengan para kiai atau seseorang yang berakhlak seperti santri. Santri berproses panjang untuk lebih baik dari sebelumnya, menghadapi segala tantangan dan rintangan dengan sabar dan ikhlas. Semua itu tidak sia-sia, banyak pelajaran yang didapat, bermanfaat dan siap untuk terjun ke masyarakat.
Sekelumit Tentang Santri
Santri secara umum adalah sebutan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan agama Islam di pesantren. Santri biasanya menetap di tempat tersebut hingga pendidikannya selesai. Biasanya, santri setelah menyelesaikan masa belajarnya di pesantren, mereka akan mengabdi ke pesantren dengan menjadi pengurus.
Santri merupakan umat yang menerima ajaran ajaran Islam dari para kiai. Para kiai itu belajar Islam dari guru-gurunya yang terhubung sampai Nabi santri menerima Islam dan menyebarkannya dengan pendekatan budaya yang berakhlakul karimah, bergaul dengan sesama dengan baik.
Identitas seorang santri, juga dapat dijabarkan dari makna per huruf. Kata santri (سنتري) dalam bahasa Arab, terdiri dari 5 huruf, yakni sin, nun, ta’, ro’, dan ya’. “Pertama, seorang santri harus menjadi saafiqul khoir atau pelopor kebaikan, di manapun ia berada. Kemudian penjabaran dari huruf nun, naasibul ulama (penerus ulama). Santri merupakan para kader, calon yang kelak diharapkan akan menjadi penerus para ulama. “Ketiga huruf ta’, yaitu taarikul ma’ashi (meninggalkan maksiat). Sedangkan huruf RO’ dan YA’ dijabarkan sebagai syarat yang mesti dimiliki para santri, yaitu Ridho Allah dan sifat Yaqin. Kelima hal inilah, yang mesti menjadi karakter dan syarat yang dimiliki para santri agar bisa berhasil dalam kehidupannya di dunia maupun akhirat. para santri selain untuk mengharap berkah, juga ingin para santri tidak lupa sejarah para ulama, serta menyemai benih cinta mereka terhadap ulama.
Santri juga merupakan elemen pokok dalam berkembangnya pondok pesantren. Santri itu tidak hanya mengaji, ada juga kegiatan seperti khitobah, madrasah diniyah, pidato, ubudiyah praktik teori fikih, kegiatan musyawarah dan masih banyak lagi. Metode pembelajaran setiap pondok juga berbeda-beda, tergantung pondok itu termasuk pondok salaf atau modern. Pondok pesantren termasuk pondok salaf yang mempelajari quran dan beberapa kitab diantaranya Nahwu, Shorof, Syifaul Jinan, Mabadi Fikih, Jurumiyah, Imriti dan masih banyak lagi.
Seorang Santri pastinya sudah tidak asing lagi dengan kehidupannya di pondok. Dari berbagai pengalaman Santri adalah sebutan orang yang tinggal di pondok pesantren yang tengah mempelajari berbagai ilmu agama saja, tetapi juga ditujukan kepada siapapun yang berakhlak seperti santri. Sebutan bagi santri laki-laki yaitu santriwan dan bagi santri perempuan yaitu santriwati.
Bagaimana kehidupan di pesantren ? Mungkin dulu kita (baca : Yang pernah Nyantren) tidak berkeinginan untuk mondok, tetapi juga kita berpikir bahwa berpendidikan tidak harus tentang umum saja, tetapi harus belajar ilmu agama kelak menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain dan sekitarnya. Akhirnya kita dapat memantapkan niat, siap menghadapi segala persoalan dan harus rela jauh dari orang tua serta meninggalkan sanak saudara demi tercapainya cita-cita Pada saat itu santrinya belum sebanyak seperti sekarang. Dulu posisi menjadi santri baru yang masih perlu bimbingan. Jadi diawal mondok mungkin bingung, takut karena belum punya teman.
Dengan seiringnya waktu, tentunya memiliki banyak teman, pola hidup yang tertata dan menambah wawasan. Di pesantren itu ada beberapa kamar yang setiap kamarnya dibuat kepengurusan seperti ketua, wakil, bendahara, sekretaris dan seksi-seksi. Santri itu harus bangun sebelum shubuh dan pastinya belum menjadi kebiasaan bangun lebih awal dari biasanya. Kita mencoba untuk membiasakannya yang awalnya terpaksa menjadi terbiasa.
Biasanya sebelum shubuh itu salat sunah tahajud sembari menunggu adzan shubuh. Salat shubuh, zikir dan tadarus Quran. Ada juga santri tahfiz yang harus menyetorkan hafalannya kepada pengajarnya dan ada juga santri yang mengaji tetapi hanya membaca Quran saja. Nah Setelahnya turun untuk ngantri mandi sembari bercanda menunggu giliran. Misalkan ada yang dapat piket diselesaikan dulu. Jadi dipondok itu ada piket harian dan mingguan yang dibagi menjadi beberapa kelompok tetapi dipilih secara acak. Mandi saja harus ngantri? memang harus ngantri, karena santri itu apapun harus mengantri dan hidup bersama dalam satu atap seperti halnya keluarga sendiri. Kemudian bersiap dan bergegas untuk berangkat sekolah. Biasanya sebelum sekolah kita meminta doa restu dan salaman kepada kiai. Para santri lainnya diajarkan kalau bersalaman dengan kiai berjalan jongkok karena itu adab santri kepada para kiai dan sudah seharusnya menghormatinya.
Khatimah
Istilah santri biasanya dinisbatkan kepada mereka yang tengah menimba ilmu agama Islam di sebuah tempat bernama pondok pesantren. Santri juga bisa diartikan sebagai orang yang beribadat dengan sungguh-sungguh dan orang yang saleh.
Membahas masalah akrivitas dan perjuangan santri bagaikan membahas air dan sungai, dua-duanya tidak bisa dipisahkan. Santri bagaikan sungai dari air yang mengalir untuk bisa mengarungi menuju samudra keilmuannya, konsep aktivitas dan perjuangan santri memiliki empat waktu perjuangan, yakni perjuangan untuk meninggalkan kebiasaan di rumahnya, perjuangan ketika menimba ilmu waktu di pesantren, perjuangan mempertahankan keilmuannya dan perjuangan untuk mengamalkan ilmunya supaya bermanfaat. Keempat perjuangan tersebut tidak bisa dipisahkan dari peran para kiai sebagai pimpinan juga masyaikh di pesantren tersebut.
Pada hakikatnya santri merupakan ruh dalam mempertahankan nilai nilai ketadzimannya dan pada aktivitasnya santri merupakan sekelompok orang yang menuntut ilmu agama kepada seorang kiai, baik dengan cara mondok (mukim), atau nonmukim (kalong). Perjuangan para santri (Kyai) pun dapat mengusir penjajah di tanah air. Akan tetapi perjuangan santri selanjutnya, yakni tetap mengisi kebebasan untuk belajar dengan mengaji dan mengkaji ilmu agama di pesantren dan ilmu lainnya. Tidak mustahil
Santri juga ikut mengisi panggung politik, menyemarakan dunia bisnis, ekonomi, literasi, digital dan militer. Sehingga peran santri tidak akan pernah padam, dan akan selalu mengalir di setiap perubahan zaman di negara ini. Dengan demikian, para santri untuk turut serta berpartisipasi mensukseskan acara peringatan Hari Santri dengan mengikuti sejumlah rangkai kegiatan sebagai momen terbaik di negeri ini.
Selamat Hari Santri
Penulis Adalah Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Serang, Penulis Buku Islam Dalam Transformasi Kehidupan& Buku Kepemimpinan Pendidikan Transformasional, Pimpinan Pondok Pesantren Fathul Adzmi Cikeudal Pandeglang