PANDEGLANG, RADARBANTEN.CO.ID – Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Pandeglang, Uun Junandar, menyatakan bahwa fenomena ribuan ikan yang menepi ke pantai di Selatan Pulau Jawa, tidak terjadi di Pandeglang.
Ia mengatakan bahwa pihaknya telah memeriksa terkait fenomena yang ramai itu dan tidak menemukan adanya fenomena ikan menepi di daerah tersebut.
“Sampai saat ini, kami belum menerima laporan terkait fenomena ikan menepi di Kabupaten Pandeglang. Kami sudah melakukan pengecekan di Cikeusik dan berbicara dengan nelayan setempat. Hasilnya, fenomena ini hanya terjadi di pantai wilayah Selatan Pulau Jawa,” ungkap Uun Junandar saat dihubungi, Senin, 2 September 2024.
Uun menjelaskan, fenomena kemunculan ribuan ikan berbagai jenis yang menepi ke pantai wilayah Selatan Pulau Jawa, yang belakangan viral di media sosial itu disebabkan oleh faktor oksigen.
“Berdasarkan informasi dari media sosial, ikan-ikan kecil yang menepi ini terjadi di luar wilayah Pandeglang, fenomena itu di Pandeglang tidak ditemukan. Saat ini, kondisi di Pantai Selatan Pandeglang sedang mengalami angin Selatan,” ujarnya.
Meskipun fenomena ikan menepi menjadi perbincangan hangat, Uun Junandar mengungkapkan bahwa kondisi tangkapan ikan di Pantai Selatan Pandeglang tetap normal.
“Walaupun saat ini terjadi angin Selatan, hasil tangkapan ikan masih sama seperti tahun lalu,” tambahnya.
Mengenai kekhawatiran tentang hubungan fenomena ini dengan potensi bencana besar (megathrust), Uun menegaskan bahwa fenomena ikan menepi tidak ada hubungannya dengan bencana tersebut.
“Perubahan suhu dan kadar oksigen adalah faktor yang mempengaruhi fenomena ini. Bencana alam, terutama megathust, tidak bisa diprediksi, tetapi kami tetap waspada,” jelasnya.
Uun Junandar mengimbau masyarakat untuk tidak panik terkait fenomena ribuan ikan yang menepi di pantai selatan Pulau Jawa.
Ia menegaskan agar masyarakat tetap menjalani aktivitas seperti biasa.
“Sampai saat ini, kami belum menerima laporan kekhawatiran dari para nelayan. Semua aktivitas berjalan normal. Meski begitu, kewaspadaan tetap dijaga oleh nelayan setiap harinya,” tutupnya.
Editor: Agus Priwandono