DELI SERDANG, RADARBANTEN.CO.ID – Tim cricket Banten tersingkir dari nomor Super 8, hari ini, 10 September 2024. Hasil ini belum mengakhiri perjuangan tim cricket Banten di PON XXI Aceh-Sumut 2024.
Masih ada harapan bagi Banten untuk menambah perolehan medali di nomor Last Man Stand cabor cricket PON XXI Aceh-Sumut 2024.
Awalnya, tim cricket Banten berharap bisa menambah perolehan medali dari nomor Super 8.
Sayang, Banten kalah oleh Bali di Lapangan Cerdas, Deli Serdang, dengan skor 72-78.
Bali menjadi tim unggulan di cabor cricket PON XXI Aceh-Sumut.
“Kita udah bagus tapi memang secara peringkat, kita kalah jauh dengan Bali. Mereka sudah berpengalaman di nasional dan Asean”.
“Ke depan, di Last Man Stand kita udah siap. Skill kita dengan NTT imbang meski NTT ada lima atlet nasional. Kita cuma kalah jam terbang,” tutur Julang Zulfikar, kapten cricket Banten, usai pertandingan.
Di nomor Last Man Stand, tim cricket akan menghadapi NTT pada 13 September 2024.
“Dua pemain kita cedera waktu final nomor T10, jadi hari ini mereka tidak main,” kata Coach Zulmy Mohmaed Arifin.
Dua pemain cricket Banten yang cedera, Dimas Darma Pratama akibat tulang keringnya bengkak dan Hamzah Zulfakor akibat terkilir engkel.
Zulmy tidak menyampaikan strategi khusus untuk menghadapi NTT nanti.
Namun, Zulmy mengingatkan anak asuhnya untuk mewaspadai tiga atlet nasional di tim NTT.
“Mental pemain sudah baik karena kemarin kita dapat perak di nomor T10. Perak ini luar biasa karena persiapan kita cuma empat bulan.”
“Apa pun warnanya (tim lawan), target kita satu medali lagi,” tandas Zulmy.
Coach Nanang Suherman menambahkan bahwa waktu yang dibutuhkan tim cricket Banten untuk recovery sebelum menghadapi NTT sudah cukup.
“Mudah-mudahan, dua pemain yang cedera bisa main lagi. Kita cuma punya 12 atlet,” ujarnya.
Manajer Tim Cricket Banten, Iwan Kurniawan, merasa cukup puas dengan perolehan medali perak sementara ini. Itu mengingat persiapan dan perlengkapan tim cricket yang terbilang minim
“Saya harap pendampingan KONI lebih baik lagi sehingga persiapan kita lebih matang dan perlengkapan lebih baik.”
“Tim lain seperti Bali, NTT, Jakarta itu persiapannya dua tahun. Kita cuma empat bulan, tapi sudah dapat satu perak. Capaian ini ininsudsh lebih dari PON Papua,” kata Iwan.
“Kendala kita juga lapangan untuk latihan. Selama ini kita pakai lapangan yang ada di tengah rumah-rumah warga,” tutup Iwan.
Editor: Merwanda