SERANG,RADARBANTEN.CO.ID- Hasil uji laboratorium Sungai Ciujung telah yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Serang telah keluar. Hasilnya, ada sebanyak enam zat yang disebut mencemari Sungai Ciujung.
Pengendali Dampak Lingkungan Ahli Muda pada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Serang, Muas Sisul Haq mengatakan, ada tren penurunan kualitas air mulai dari hulu hingga hilir. Semakin ke hilir, kualitas airnya makin menurun.
“Bisa kita katakan dari lima titik yang kita uji itu tercemar, mulai dari ringan hingga sedang. Yang ringan di titik pertama di Bendungan Pamarayan, sementara untuk sedang di titik dua sampai lima, itu di Cikeusal, Kragilan, Ragas Masigit hingga Jongjing,” kata Muas, saat dihubungi melalui sambungan telepon, Selasa, 10 September 2024.
Dia mengungkapkan, enam zat yang mencemari Sungai Ciujung dan melebihi ambang batas baku mutu yakni Total Dissolve Solid (TDS), Chemical Oxygen Demand (COD), Biological Oxygen Demand (BOD), Fosfat, Nitrit dan logam.
“Dari 18 parameter yang kami uji, ada sebanyak enam paraneter yang melebihi baku mutu. Untuk 12 zat lainnya masih normal,” katanya.
Dari enam zat itu, ada dua zat yang paling ekstrem kandungannya, yakni TDS dan COD. Dimana ada dua titik yang paling parah, yakni titik Ragas Masigit Carenang dan jembatan Jonjing Tirtayasa.
“TDS normalnya 1.000 miligram per liter, hasil pengujian kemarin itu mencapai 12.949 miligram per liter. Sementara untuk kandungan COD normalnya 25 miligram per liter, ini mencapai 366,6 miligram per liter,” jelasnya.
Ia mengatakan, penyebab tingginya dua zat tersebut diakibatkan debit air yang menyusut akibat musim kemarau. Lalu adanya cemaran baik dari limbah industri ataupun limbah rumah tangga. “Karena kalau di bulan-bulan biasa angkanya tidak ekstrem, bahkan beberapa bulan sampling di bawah baku mutu, seperti TDS tidak pernah melebihi baku mutu pada saat musim hujan,” jelasnya.
Dari hasil tersebut, ia meminta masyarakat tidak memanfaatkan air Sungai Ciujung, baik untuk mandi ataupun penggunaan lainnya, karena bisa berdampak negatif bagi kesehatan masyarakat.
“Ini bisa berdampak pada kesehatan manusia, makanya kami sarankan agar tidak digunakan, baik untuk mandi, mencuci apalagi untuk konsumsi. Ini bisa berdampak negatif bagi manusia,” pungkasnya.
Editor : Merwanda