SERANG, RADARBANTEN.CO.ID- Warga yang tinggal di Kampung Nangka Bubur Desa Kedungsoka, Kecamatan Puloampel, Kabupaten Serang, mengalami kesulitan untuk mendapatkan air bersih.
Kondisi tersebut sudah dirasakan oleh warga kurang lebih selama satu bulan terakhir karena kondisi sumur umum yang ada di kampung tersebut mengering akibat musim kemarau.
Warga yang tinggal di kampung tertinggi di desa Kedungsoka itu pun harus turun gunung menuju sumber air terdekat sekitar satu kilometer dari kampung atau ke kampung tetangga, yakni Kampung Sumur Lubang dengan jarak kurang lebih tiga kilometer.
Bahkan rute yang dilalui tergolong cukup ekstrem. Warga harus melalui jalan beton dengan lebar kurang lebih satu meter dengan kontur jalan khas daerah pegunungan, yakni menurun dan berbelok.
Mereka yang mengendarai sepeda motor harus berhati-hati dan fokus serta memastikan rem kendaraan berfungsi dengan baik. Itu karena di satu sisi mereka adalah jurang terjal.
Seorang pemuda asal Kampung Nangka Bubur Nakiri mengatakan, kesulitan air sudah dirasakan oleh warga selama kurun waktu lebih dari satu bulan.
Warga pun harus mengambil air ke sumber tersebut untuk kebutuhan mencuci dan mandi karena lima sumur umum yang menjadi penyuplai air warga sudah mulai mengering. “Jadi bulak-balik tiap hari untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” katanya, Sabtu 26 Oktober 2024.
Ia mengaku, tak setiap saat air tersedia di sumber air. Sering kali kalau datang terlalu siang, kondisi sumber air biasanya kosong karena sudah diambil oleh warga lainnya. Ia pun tak jarang harus menempuh jarak yang lebih jauh untuk pergi ke lokasi sumber air ke dua.
“Lokasinya agak lebih jauh dari sini, jadi harus turun lagi ke bawah. Sama di aliran sungai juga lokasi sumber airnya,” jelasnya.
Ia mengaku, untuk kebutuhan memasak dan air minum warga, mereka harus turun gunung dan pergi ke kampung tetangga. “Jadi kita ke kampung Sumur Lubang. Kurang lebih 3 kilometer jaraknya dari sini,” jelasnya.
Ia mengaku jika kondisi kekeringan yang terjadi tahun ini sudah sangat parah. Bahkan, kondisi sumber air di lokasi yang mereka manfaatkan pun tidak mampu mencukupi kebutuhan warga. “Ini aja udah kering ni, jadi memang sudah sangat parah kekeringannya. Ga bisa mau ngambil lagi juga udah susah, harus nunggu lama. Kalau mau banyak harus malem atau pagi-pagi,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Pemuda Kampung Nangka Bubur, Sanggiti mengatakan, kondisi kesulitan air yang terjadi di kampungnya sudah terjadi puluhan tahun lamanya. Biasanya ketika tiga bulan tidak turun hujan, sumur-sumur umum yang ada di kampungnya akan mulai mengering.
“Jadi udah dari zaman dulu kesulitan air. Kalau udah musim kemarau aja kita udah pasti kesusahan untuk air bersih itu. Kurang lebih satu kilometer lah. Itu juga waktu-waktu tertentu. Kalau sudah jam sembilan udah habis,” ujarnya.
Ia mengungkapkan, ada sebanyak kurang lebih 80 kepala keluarga yang tinggal di Kampung Nangka Bubur yang memanfaatkan sumber air tersebut. “Makanya kadang ada yang ga kebagian juga. Jadi kalau udah kehabisan, harus turun lagi ke bawah, ke kampung sebelah,” jelasnya.
Ia mengaku, untuk bantuan-bantuan air bersih yang diberikan pemerintah pun tidak dapat langsung diantarkan ke kampungnya karena akses jalan yang kecil dan ekstrem. Bantuan air bersih pun biasanya disimpan di kampung Sumur Lubang.
“Jadi kalau ada bantuan air warga harus tetap ngangkut lagi pake motor ke atas sini. Paling kuat pun bawa tiga jirigen. Jadi harus bulak balik,” terangnya.
Ia mengaku pemerintah desa sebelumnya sudah pernah mengupayakan untuk membuat sumur bor di Kampung Nangka Bubur. Namun setelah dilakukan pengeboran, air ternyata tidak keluar. “Tahun ini pengeboran kurang lebih 100 meter, cuman ga keluar,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia berharap agar pemerintah Kabupaten Serang bisa kembali mengupayakan untuk melakukan pengeboran kembali di kampungnya sehingga mereka bisa memiliki akses air bersih.
“Karena kalau menggunakan dana desa kan pasti terbatas. Kalau dari Pemkab Serang dari segi kekuatan anggaran kan lebih besar sehingga bisa menggunakan alat-alat yang lebih baik,” ujarnya.
Editor: Mastur Huda