SERANG, RADARBANTEN.CO.ID – Sebanyak 81 hektare lahan pertanian di Kabupaten Serang mengalami puso. Kondisi tersebut lantaran musim kemarau berkepanjangan. Dari jumlah tersebut, baru 30 persen yang terdaftar dalam Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP).
Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Serang, Yuli Saputra mengatakan, 81 hektare yang mengalami pusi tersebar di empat kecamatan.
“Kecamatan Tanara 29 hektare, Kecamatan Binuang 7 hektare, Kecamatan Anyer 20 hektare dan Kecamatan Mancak 25 hektare. Jadi totalnya ada sebanyak 81 hektare,” katanya, saat dihubungi melalui sambungan telepon, Selasa 5 November 2024.
Ia mengatakan, mayoritas padi yang mengalami puso berada di usia 45 hingga 65 Hari Setelah Tanam (HST). Padi mengalami puso karena mengeringnya sumber air yang digunakan untuk pengairan.
“Padi yang puso sudah besar, bahkan 1 bukan lagi akan panen. Penyebabnya kekeringan, karena sekitar tiga minggu lalu kan tidak ada air dan hujan sama sekali. Nah petani yang jauh dari irigasi dan sungai itu kekeringan. Akhirnya yang 81 hektare ini tidak bisa terselamatkan,” ujarnya.
Ia mengungkapkan, berdasarkan hasil identifikasi yang sudah dilakukan, ada sekitar 30 persen petani yang mengalami puso yang sudah terdaftar pada program AUTP. “Nah mereka yang sudah memiliki asuransi diganti oleh perusahaan pengelola asuransinya. Per hektare lahan mereka akan mendapatkan pergantian sebesar Rp6 juta,” ujarnya.
Sementara itu, untuk petani yang belum terdaftar dalam program AUTP, pihaknya tengah berupaya agar mereka mendapatkan bantuan baik dari pemerintah provinsi ataupun pemerintah pusat.
“Kita sedang bersurat untuk mendapatkan bantuan baik dari provinsi ataupun pusat untuk mendapatkan pergantian. Biasanya bukan dalam bentuk uang, tapi dalam bentuk benih untuk tanam selanjutnya,” ujarnya.
Ia mengaku, untuk saat ini kondisi lahan pertanian petani sudah mulai membaik. Apalagi hujan sudah mulai turun dan membuat tanaman padi yang mengalami rusak ringan, sedang dan berat sudah bisa tertolong. “Kebetulan kan usianya sudah diatas 60 jadi masih bisa tertolong,” imbuhnya.
Ia pun berharap agar para petani bisa mulai kembali mengolah tanahnya karena beberapa minggu terakhir hujan sudah mulai turun. Namun demikian pihaknya terlebih dulu akan melakukan koordinasi dengan pengelola bendungan Pamarayan mengenai debit air.
“Kita harapkan apabila sudah memungkinkan dan memadai bisa seger melakukan penanaman. Namun untuk wilayah yang tidak tergantung dengan irigasi mereka rata-rata sudah menyemai dan olah tanah,” terangnya.
Ia mengaku, sampai hari ini untuk kebijakan buka tutup Bendungan Pamarayan masih dilakukan karena ada beberapa titik yang masih dilakukan renovasi. “Masih dilakukan buka tutup, namun kalau melihat cuaca, tiap sore kan kita dapat hujan, pastinya kebijakan buka tutup tidak akan terlalu mengganggu,” ujarnya.
Meskipun ada puluhan hektare yang mengalami puso, pihaknya mengaku optimis produksi pada pada tahun ini akan surplus. Untuk produksi pada tahun ini sudah ada di angka 67 persen dari total target yang telah ditetapkan, atau sekitar 400 ribu ton produksinya.
“Kalau kita melihat tren di triwulan terakhir, bisa melebihi target produksinya. Karena target kita kan 538 ribu ton untuk 2024, perkiraan kita di panen terakhir ada 130 sampai 150 ribu ton yang akan masuk, tentunya masih akan surplus,” pungkasnya.
Editor: Abdul Rozak