SERANG, RADARBANTEN.CO.ID – Ratusan nelayan di Kecamatan Anyar, Kabupaten Serang, mengalami kesulitan dalam mencari ikan akibat fenomena angin barat yang menyebabkan gelombang laut tinggi. Sejak fenomena ini berlangsung, para nelayan terpaksa beralih profesi, bekerja di darat sebagai petani, kuli bangunan, atau pekerjaan lainnya untuk bertahan hidup.
Ketua Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Paku, Anwar, menjelaskan bahwa fenomena angin barat ini telah berlangsung selama satu bulan terakhir, sehingga nelayan tidak dapat melaut. “Nelayan tidak melaut sejak dua hari setelah Pilkada 2024 hingga saat ini. Di Pantai Paku ada 65 nelayan, namun total nelayan di Kecamatan Anyar mencapai 350 orang,” ujarnya pada Senin, 30 Desember 2024.
Menurut Anwar, gelombang yang ditimbulkan oleh angin barat menyebabkan kondisi laut yang semakin berbahaya bagi para nelayan. “Hampir setiap hari ombak meluap hingga ke kantor pelelangan. Bahkan, saya sudah dua hari dua malam tidak pulang karena menjaga pelelangan. Kini, banyak nelayan yang beralih ke pekerjaan serabutan, seperti bertani, sementara sebagian lainnya belum mendapatkan pekerjaan tetap,” jelasnya.
Fenomena angin barat ini juga berdampak pada pendapatan pemerintah daerah. “Retribusi yang masuk ke Pemda Serang bulan ini hanya Rp210.000, padahal jika normal bisa mencapai Rp1,5 juta per bulan. Biasanya, nelayan bisa menangkap 1 hingga 2 kuintal ikan per hari, tapi sekarang tidak ada sama sekali,” tambahnya.
Anwar juga memperkirakan bahwa fenomena angin barat ini akan berlangsung hingga Februari 2024. “Fenomena angin barat ini memang terjadi setiap tahun. Kami berharap cuaca segera membaik agar nelayan bisa melaut lagi,” ungkapnya.
Sementara itu, nelayan Jumadi mengungkapkan bahwa dirinya kini beralih bekerja di darat karena kondisi laut yang tidak memungkinkan untuk melaut. “Sekarang saya ikut bekerja dengan orang, dan saat tidak ada pekerjaan, saya hanya memancing ikan untuk dimasak di rumah. Banyak nelayan lain juga yang kini beralih menjadi petani padi,” katanya.
Editor : Merwanda