SERANG, RADARBANTEN.CO.ID – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Serang membutuhkan sebanyak 10 orang pegawai tambahan untuk mengoperasikan mesin incinerator yang baru tiba di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Kibin.
Pegawai baru tersebut akan dipekerjakan khusus untuk mengoperasikan mesin yang baru didatangkan tersebut.
Plt. Kepala DLH Kabupaten Serang, Iman Saiman, mengatakan bahwa satu unit mesin incinerator baru telah didatangkan untuk mengelola sampah di TPST Kibin.
“Nambah satu mesin, tapi belum serah terima, tergantung dari PU. Sekarang kapasitas pengolahannya itu 4-5 ton per hari, tadinya hanya 1-2 ton,” katanya, Rabu, 15 Januari 2025.
Ia mengatakan, dengan adanya penambahan mesin untuk pengelolaan sampah di TPST Kibin, maka dibutuhkan tenaga tambahan untuk mengoperasikan mesin yang baru itu.
“Kami membutuhkan penambahan SDM dan akan berkoordinasi dengan BKPSDM karena ada surat yang menginstruksikan agar tidak ada pengangkatan honorer. Tapi kami membutuhkan itu, apakah bisa, karena anggaran honornya sudah disiapkan di DPA, dan kami butuh sepuluh orang,” ujarnya.
Iman mengaku, 10 orang yang akan direkrut tersebut sudah mendapatkan pelatihan agar mereka dapat mengelola sampah dengan baik. Namun, dari sepuluh orang tersebut, tiga orang keluar karena tidak mampu mengikuti pola pelatihan yang diterapkan.
“Kami mengambil tenaga kerja dari warga sekitar, tetapi pemilahan sampahnya agak berat. Dengan upah minimal, mudah-mudahan bisa menghasilkan nilai ekonomi dari sampah yang dipilah,” ujarnya.
Iman mengatakan, saat ini TPST Kibin difokuskan untuk mengelola sampah-sampah yang berasal dari Kecamatan Kibin, karena volume sampah yang dihasilkan di Kecamatan Kibin cukup besar.
“Untuk saat ini hanya dari Kibin, karena di sana juga pengelolaan sampah belum maksimal. Sampah dari luar yang ada di pinggir jalan harus kita angkut, karena masyarakat belum sepenuhnya sadar akan hal ini,” ujarnya.
Iman menjelaskan, pengelolaan sampah di Kibin belum maksimal karena kekurangan SDM. Saat ini, pengelolaan sampah hanya bisa dilakukan dalam dua shift saja.
“Saat ini hanya dua shift, pagi dan sore, karena jika sampai malam, para petugas sudah kelelahan. Dengan upah yang ada, rasanya kurang jika sampai malam. Keinginan kami sih 24 jam, karena dengan begitu akan lebih irit bahan bakarnya,” pungkasnya.
Editor : Merwanda