SERANG,RADARBANTEN.CO.ID- Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Serang telah mendata lahan pertanian yang terendam akibat banjir yang terjadi di dua kecamatan beberapa waktu lalu.
Ada sebanyak 16 hektare lahan pertanian di Kecamatan Cinangka dan Kecamatan Padarincang yang mengalami puso akibat terendam banjir.
Akibatnya, para petani merugi hingga Rp30 juta rupiah per hektare karena padi yang mengalami puso sebentar lagi akan memasuki masa panen.
Sekretaris DKPP Kabupaten Serang Yuli Saputra mengatakan, akibat banjir yang melanda dua kecamatan tersebut, setidaknya ada puluhan hektare lahan pertanian yang terendam banjir.
“Di Padarincang ada 26 hektare lahan yang terancam banjir, dari jumlah tersebut setelah diidentifikasi dua sampai tiga hari ada 4 hektare yang mengalami puso,” katanya, Kamis 20 Maret 2025.
Sementara itu, untuk lahan pertanian yang terendam banjir di Kecamatan Cinangka ada sebanyak 23 hektare yang terendam hektare dengan lahan yang mengalami puso sebanyak 12 hektare.
“Jadi total di dua kecamatan tersebut, yakni 39 hektare total puso sebanyak 16 hektare. Untuk usia padi rata-rata sudah mau panen,” ujarnya.
Ia mengaku, pihaknya telah mengusulkan ke pemerintah provinsi agar para petani yang mengalami puso bisa mendapatkan bantuan yakni berupa pergantian benih. “Selain itu kita juga melakukan pendataan terhadap lahan pertanian yang sudah didaftarkan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). Yang ikut dia akan mendapatkan 6 juta per hektare,” ujarnya.
Yuli mengaku, tidak mendapatkan informasi dari kecamatan lainnya di Kabupaten Serang mengenai adanya lahan pertanian yang terendam banjir, apalagi sampai mengalami puso. “Karen memang walaupun Curah hujan tinggi, ini airnya mengalir. Jadi ketika mengalir, tidak sampai merendam tanaman padi,” ujarnya.
Ia mengatakan, rata-rata tanaman padi yang mengalami puso akibat terendam banjir selama lebih dari tiga hari. “Kalau dihitung kerugiannya, karena ini sudah dihitung produksi. Kalau misal per hektare minimal lima ton, lalu dengan hitungan harga gabah Rp6.500 per kilogram nah sudah ketahuan hampir 30 juta per hektare kerugiannya,” ujarnya.
Ia mengaku bencana banjir dan longsor yang terjadi di Padarincang diluar prediksi sehingga tidak dapat diantisipasi yang akhirnya mengakibatkan lahan pertanian mengalami puso.
Ia meminta kepada para petani karena kondisi cuaca yang sedang tidak menentu dengan intensitas hujan yang sangat tinggi, petani dihimbau untuk waspada sekaligus mengantisipasi potensi-potensi banjir yang terjadi dengan melakukan sesegera mungkin panen.
“Khususnya bagi yang dekat denan pengairan, antisipasinya ya sesegera mungkin untuk panen apabila sudah mulai memasuki umur panen dan siap panen,” ujarnya.
Editor : Aas Arbi