KOTA TANGSEL, RADARBANTEN.CO.ID – Warga di sekitar Jalan Artowijoyo, Rawa Buntu, Serpong, Kota Tangsel dibuat heboh oleh fenomena tak biasa: air sungai yang tiba-tiba berubah warna menjadi merah pekat pada Sabtu pekan lalu.
Menanggapi hal tersebut, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tangsel langsung turun tangan untuk menyelidiki sumber perubahan warna tersebut.
Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) DLH Tangsel, Carsono, mengatakan pihaknya sudah mengambil sampel air dari lokasi untuk dilakukan uji laboratorium. Hasilnya diperkirakan akan keluar dalam waktu dua minggu.
“Sampel air sudah kami kirim ke laboratorium. Hasil uji akan keluar sekitar dua minggu. Setelah itu baru bisa dipastikan apakah air sungai tersebut tercemar zat berbahaya atau tidak,” ujar Carsono, Selasa 7 Oktober 2025.
Dari penelusuran awal, dugaan sementara menyebutkan warna merah bisa berasal dari aktivitas warga di bagian hulu sungai. Ada informasi yang menyebut penggunaan obat ikan berwarna merah oleh beberapa peternak ikan di sekitar lokasi.
Namun, Carsono menegaskan, obat ikan umumnya tidak mengandung zat berbahaya atau racun yang bisa mematikan biota air.
“Kalau dari obat ikan, biasanya tidak beracun. Beda kalau dari rumah potong hewan (RPH), karena kalau itu darah, efeknya ada biota air yang mati. Tapi di lokasi tidak ditemukan ikan atau makhluk air yang mati,” jelasnya.
Carsono menambahkan, pihaknya juga menelusuri kemungkinan lain seperti aktivitas konveksi atau pewarna kain, meski hingga kini belum ditemukan indikasi ke arah sana.
“Kami sudah konfirmasi ke pihak kelurahan, di sekitar lokasi tidak ada usaha konveksi,” tambahnya.
Menurutnya, warna merah di aliran sungai hanya berlangsung beberapa jam saja, dan kini kondisi air sudah kembali normal tanpa meninggalkan bekas di permukaan atau bantaran sungai.
DLH Tangsel akan terus melakukan pemantauan dan pembinaan kepada masyarakat sekitar agar lebih memahami tata kelola limbah domestik maupun usaha kecil yang berpotensi mencemari lingkungan.
“Kita akan lakukan pembinaan. Mungkin masyarakat belum memahami cara pengelolaan limbah yang benar,” kata Carsono.
Editor: Abdul Rozak