APA yang dialami Minah (32) terkait kasus rumah tangganya bersama Mansur (35), keduanya nama samaran, cukup membuat kepala pusing tujuh keliling. Ya, pusing karena dibuat kesal. Terutama sikap Mansur yang tidak tahu diuntung mempunyai istri sebaik Minah.
Perilaku negatif Mansur terhadap Minah berlarut-larut tidak berujung. Mulai dari uang Minah sampai tabungan anak yang terus dikuras, Mansur pun jarang memberi nafkah karena utang sudah di mana-mana akibat gemar main judi. Selain itu, Mansur juga doyan ‘jajan’. Bukan jajan makanan loh. Jajan itu tuh, main perempuan. Ow ow ow parah. Ia juga ringan tangan, tak sungkan melayangkan tamparan jika sudah naik pitam. Sudah kayak di sinetron hidayah saja.
Sempat terlintas di pikiran Minah untuk menggugat cerai Mansur ke pangadilan agama. Berulang kali Minah meminta cerai secara lisan. Namun, pada akhirnya niatan itu urung dilakukan Minah demi dua buah hatinya yang masih membutuhkan belaian kasih sayang seorang ayah. Terlebih, Minah masih mengingat masa lalu Mansur yang dulunya baik, perhatian, soleh, tidak sombong. Intinya, Mansur tipe suami idamanlah.
Awalnya, Minah tidak menyangka sikap Mansur bakal berubah sejahat itu. Sangat berbeda dengan ketika masih pacaran hingga menikah. Dulu, sikap Mansur begitu romantis, humoris, dan jarang sekali marah apalagi mengeluarkan kata-kata kasar. “Ngomongnya aja pelan, gimana orang bisa dengar marahnya,” ujar Minah teringat sisi baik Mansur yang merupakan tenaga honorer di salah satu instansi di Pandeglang. Minah sendiri asli orang Lebak yang kini tinggal di Pandeglang.
Minah sangat ingat, dulu Mansur sangat menyayangi anaknya. Pada saat kelahiran putra pertama, rona kebahagiaan diperlihatkan Mansur. Bahkan, rasa sayangnya tumpah ruah untuk anak hingga lupa sama istri. Ingat istrinya mungkin pas lagi bobo saja ya Mbak? Pertanyaan wartawan dibalas senyum malu-malu oleh Minah. “Benar Mas, apa-apa buat anak dibeliin, tapi buat istri, jangankan inget uang belanja, mas kawin aja sampai digadein,” aku Minah.
Sudah Mbak, jangan diteruskan, hehehe tadi bercanda kok. Memang diakui Minah, setelah mempunyai anak, Mansur lebih perhatian terhadap keluarga, jadi lebih giat bekerja agar bisa sering belanja. Setiap pulang kerja pasti bawa buah tangan. Namun, hasrat seksual Mansur berkurang seiring perhatiannya lebih banyak ditumpahkan kepada anak. Beda dengan sebelumnya. Setiap kali Minah selesai mandi, melihat anggota tubuh Minah yang putih mulus dan rambut Minah yang masih basah, mata Mansur pasti membulat sempurna sambil mengucap kata-kata jorok. Tak berapa lama, langsung mengajak ‘begituan’ tak mengenal tempat, kadang di kasur, kadang di dapur, seringnya di kamar mandi sambil berdiri. Widih pegal linu enggak tuh.
Namun, perilaku Mansur itu dianggap Minah sebagai sikap romantis. Minah juga menikmati masa-masa itu. Tak jarang karena sifat Mansur itu, setiap pulang kantor selalu digoda Minah dengan sengaja mandi dan keluar dari kamar mandi dalam kondisi basah dan berbalut handuk nan pendek. Hmm, sudah sudah, pembaca tak perlu repot-repot ikut membayangkan, mana tahan. Maksud Minah melakukan hal itu agar Mansur tergoda dan libidonya naik setinggi langit. Naik gunung kali.
Lain dulu lain sekarang, rumah tangga Minah kini hancur berantakan setelah Mansur dikenalkan rekan kerjanya bermain judi kartu. Sejak itu, ia sering pulang pagi, tak pernah pulang dulu ke rumah sehabis kerja, bahkan terkadang jarang pulang. Keluarga dilupakan. Minah juga sekarang jablai (jarang dibelai).
Parahnya, setiap pulang ke rumah, bukannya memberi nafkah, bawaannya malah marah-marah tidak karuan, uring-uringan tanpa alasan. Semua barang dan perabotan di rumah, mulai dari mulai motor, TV, kulkas, hingga panci dibabat habis dijual Mansur. Hanya menyisakan pakaian dan lap basah. Ya ampun, masa sih Mbak, cuma tersisa lap basah doang.
Selain itu, Mansur juga mulai kasar pada keluarga, termasuk anak, mabuk-mabukan, dan sudah enggak pernah salat. Memang dulu Mas Mansur rajin salat Mbak Minah?
“Jarang juga sih” jawab Minah spontan. Yey, dikira dulu rajin.
Mansur juga sering kepergok selingkuh sama perempuan lain. Duh, hancur Minah. Mending kalau lebih aduhai dari Minah, ini model pakaian aja belum selesai dijahit. “Amburadul pokoknya, kayak cewek nakal gitu,” terang Minah yang tampak kesal bukan kepalang dan gereget dibuat mengingat kelakuan Mansur.
Meski melihat tingkah Mansur sekeji itu bak kelakuan iblis, Minah yang sedang hamil anak kedua masih terus bersabar sampai anak mulai masuk SD. Parahnya lagi, ketika proses kelahiran anak kedua. Bukannya menemani di rumah sakit, Mansur malah asik main judi dan cewek di luar. Kalau kata Bang Haji Roma Irama, “Ter la lu”.
“Saya sering dapat laporan, selama saya di rumah sakit, teman sering melihat suami saya masih main judi dan suka jalan berduaan sama perempuan lain. Rasanya tuh sakit Mas,” curhat Minah. Sabar ya Mbak.
Untungnya, mertua Minah sadar akan kelakuan Mansur dan mau mengurus Minah hingga membiayai persalinan serta mengasuh kedua anaknya. Kondisi itu, membuat Minah luluh lantak. Awalnya, niat Minah untuk bercerai sudah pada puncaknya dan sudah tercatat di pengadilan agama, terlebih mendapat dorongan penuh kedua orangtua. Namun, melihat kebaikan sang mertua, Minah pun mengurungkan niat dan mencabut gugatan cerainya. Minah bertekad mempertahankan bahtera rumah tangganya dengan Mansur, meski sakitnya amat terasa sesak di dada.
Minah dan kedua anaknya kini masih hidup dalam bayang-bayang suaminya yang biadab. Minah tak berhenti berharap, suatu saat Mansur mendapat hidayah dan kembali ke pelukannya. Subhannallah, besar hati Minah ini. Untuk melanjutkan hidup tanpa suami yang sudah jarang pulang, Minah pun kini bekerja di toko dengan upah seikhlasnya pemilik toko. Doakan saja Mbak Minah, Insya Allah, Allah juga pasti sudah punya rencana lain untuk menyadarkan Mas Mansur. (Nizar S/Radar Banten)