SOSOK laki-laki yang mampu menghipnotis kaum hawa, biasanya berwajah ganteng serta mapan. Nah, yang paling penting dan tidak boleh dilupakan itu, pastikan dia tajir. Kalau kriteria sekadar baik dan perhatian sih, mungkin menurut sebagian perempuan hanya bagian dari formalitas. Namun, Boy (40), bukan nama sebenarnya, dengan muka pas-pasan, isi dompet juga recehan, prestasinya cukup membanggakan.
Tentunya, bukan prestasi yang patut ditiru ya. Soalnya, apa yang diraih Boy, dalam tanda kutip terbilang negatif. Hidup sederhana tak membuatnya tak mampu berpoligami. Tak tanggung-tanggung, Boy nekat berpoligami dengan empat wanita. Astaga.
Mengakunya sih tanggung jawab. Tapi, entah ya. “Jujur saja Kang, saya enggak punya apa-apa. Tapi, enggak mengerti kenapa cewek-cewek pada mau dinikahi,” akunya bangga. Pakai susuk kali? “Sumpah, enggak ada yang begituan. Modal saya cuma speak doang,” jawabnya. Masa sih, iyakan saja deh.
Benar, diceritakan Boy, hanya dengan modal speak dan berpenampilan nyentrik, Boy sukses menjalankan aksinya memukau setiap kaum hawa. Boy dari dulu memang terbiasa selalu tampil percaya diri. Modal itu pula yang membuatnya piawai merayu para wanita yang ditemuinya. Sampai akhirnya, sang wanita benar-benar jatuh cinta dan menjadi korbannya.
Bak Aladin dan teko ajaibnya, cukup berkata abakadabra, terus mengusap-ngusap teko, Om Jin keluar menuruti apa yang Aladin ucapkan. Begitu pula jurus yang digunakan Boy. Awalnya Boy sekadar memberi perhatian dan masukan. Jadi teman yang enak diajak curhat ceritanya. Seketika, Boy bakal menghilang ditelan badai. Bermaksud membuat perempuan merasa penasaran. Ternyata, skenario itu tak pernah gagal untuk mendapatkan empati dari wanita.
Seperti ketika bertemu dengan istri pertamanya, Uneh (35), nama samaran. Uneh adalah contoh korban speak Boy. Boy saat itu tahu kalau Uneh termasuk primadona di kampungnya. Lantaran itu, Boy mulai mencari peran untuk mencuri perhatian sang dara.
Paling memungkinkan, dia menjadi bagian dari organisasi pemuda. Kebetulan, Boy berpengalaman di organisasi perkuliahan sebelumnya. Benar saja, dengan cara paling tampil dan kritis di organisasi itu, Boy langsung menjadi pusat perhatian semua anggota pemuda, terutama perempuan. Sampai akhirnya, Uneh mulai mendekati Boy dan ingin kenal lebih dekat. Ketika sedang dekat-dekatnya, Boy tiba-tiba menghilang. Sontak, sikap Boy itu justru membuat Uneh penasaran, bercampur hati rindu.
“Kalau sudah rindu, cewek pasti sayang. Jurus jitu tuh. Awalnya cuma speak doang. Intinya, cewek itu senang laki-laki smart, bisa kasih solusi pas dia ingin curhat. Nah, di situ saya mainkan. Kebetulan, saya kan jurusan psikologi dulu kuliahnya,” jelasnya. Oh pantas. Hal itu pun terus dilakukan oleh Boy kepada wanita-wanita lainnya.
Menyadari Uneh sudah termakan skenario, Boy langsung mengambil langkah taktis. Mula-mula jadi teman konsultasi, lama-lama jadi teman curhat. Setelah itu, mereka pun mulai akrab. Uneh yang merasa nyaman setiap berada di samping Boy, mulai ada rasa ketertarikan. Tentu saja, Boy tidak menyia-nyiakan kesempatan emas itu.
Singkatnya, mereka langsung menjalin hubungan asmara. Khawatir Uneh berubah pikiran sewaktu-waktu, Boy tak berpikir lama untuk mengikat Uneh dengan meneruskan hubungannya sampai ke pelaminan. Pria berbadan kurus itu berpikir, dengan cara menikahi Uneh, diyakini tidak akan mungkin Uneh pergi jauh.
Ibarat kata, kalau sudah dapat madunya, dapat dipastikan sang perempuan pun enggan jauh berpisah. Prinsip itu pula yang diterapkan Boy. Apalagi, Boy kini mulai sibuk melibatkan diri di partai politik. Dengan begitu, membuat Boy semakin cerdas untuk mempolitisi hati perempuan.
Setelah berumah tangga dan puas merasakan madunya Uneh, Boy baru menyadari betapa pentingnya arti perempuan bagi kaum laki-laki. Boy awalnya tak berniat berpoligami. Namun, keadaan yang memaksa Boy berbuat demikian. Tentunya, diawali dengan perilaku buruk Boy yang mulai mengenal dunia malam setelah berkawan dengan para politikus andal. Sejak itu, Boy mendapat banyak godaan dari banyak wanita. “Bagaimana enggak tergoda. Saya ditawar-tawari cewek ini lah, cewek itu lah. Akhirnya, enggak tahan, terus coba-coba. Eh kepincut deh,” ungkapnya. Dasar buaya.
Istri yang sedang hamil pun, sampai tak dipedulikan Boy yang kasmaran pada wanita-wanita lain hingga terjadilah perselingkuhan Boy dengan wanita lain. Dengan rayuan gombal Boy, wanita itu langsung terhipnotis dan jatuh hati sampai akhirnya ingin dipersunting Boy.
Awalnya Boy kebingungan, lama-lama mulai memberanikan diri untuk bicara apa adanya kepada Uneh, kalau ada yang mengajak dia menikah. Bahkan, wanita selingkuhannya itu, seolah tak peduli dengan status Boy yang sudah punya istri plus pengangguran. Jurusnya sama, Boy menarik empati tuh cewek dengan membuatnya penasaran.
Mendapat restu dari istri yang memang tak bisa menahan hasrat Boy, membuat Boy semakin jemawa. Padahal, tak ada keadilan dari Boy dengan status poligami tersebut. Boy hanya memberi nafkah seadanya kepada keduanya.
Kadang dalam sebulan tidak ada sama sekali karena kewalahan. Boy hanya mengandalkan uang dari organisasi, selain dari bisnis musimannya. Kadang jual beli mobil bekas, kadang jadi perantara penjualan tanah, dan sebagainya. Selebihnya, Boy tak lebih dari sekadar pengangguran.
Namun, kondisi itu tak membuat Boy sadar. Justru, sikapnya yang merasa sedang laris dengan wanita membuatnya semakin beringas. Boy terus menjalankan akting hidung belangnya dengan terus-terusan merayu wanita di hadapannya. “Ya, beginilah saya. Istri juga menerima. Yang penting kan tanggung jawab masih punya,” akunya bangga. Ya, terserahlah.
Perilaku buruk itu terus dipelihara oleh Boy. Sampai akhirnya Boy jadi doyan kawin. Belum genap dua tahun, sudah menikah lagi dengan perempuan lain. Anehnya, menurut pengakuan Boy, baik istri pertama maupun istri keduanya merelakan Boy menambah istri. Istri-istrinya penurut, tak pernah melawan keinginan suaminya. Meskipun Boy berkali-kali punya niat untuk menambah istri. Sadis!
Singkat cerita, Boy menikah lagi dengan istri ketiga, terus keempat. “Jujur, sudah empat kali kawin. Sudah pernah punya empat istri. Tapi, sekarang tinggal dua. Yang dua kabur begitu saja, enggak tahu sekarang ke mana,” ungkapnya.
Boy menyadari jika keputusannya untuk berpoligami bukan untuk ditiru. Boy juga sadar kalau punya istri lebih dari satu itu cukup membuatnya pusing tujuh keliling. Terlebih untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Meski demikian, Boy sudah berniat menjadi suami yang lebih baik. Serta ingin membahagiakan kedua istrinya yang sekarang masih dijalani.
“Walaupun poligami. Saya enggak ada niat menyakiti mereka. Saya orangnya tanggung jawab. Untungnya, mereka mau diajak kompromi dan hidup sederhana. Dua-duanya juga rukun tuh,” klaimnya. Syukur deh, mudah-mudahan langgeng. (Nizar S/Radar Banten)