KEHIDUPAN ranjang acap kali menjadi pemicu terjadinya perceraian. Kadang memaksa salah satu di antara mereka yang merasa dirugikan akibat tidak terpuaskan, bisa berbuat di luar batas kewajaran. Seperti ‘jajan’ sembarangan alias membayar wanita penghibur atau sengaja mencari selingkuhan. Hal itu pula yang kini dialami Emen (36), nama samaran. Berstatus bujangan, pria bertubuh kekar itu menikahi janda beranak dua yang usianya lebih tua, sebut saja Esih (40). Keduanya warga Serang.
Dari Esih, Emen dikaruniai anak laki-laki. Dua anak Esih dibawa orangtua mantan suaminya. Lantaran Emen sering dibuat bad mood ketika berhubungan intim dengan Esih, Emen nyaris selingkuh dengan perempuan lain, tapi niat itu selalu diurungkan karena teringat anak. “Sempat punya niat selingkuh. Tapi, selalu teringat anak, takut karma,” ujarnya. Bagus dong. Jadi, niatnya batal nih ceritanya?
“Ah enggak juga, niat saya sekarang apa ‘jajan’ saja begitu? Tapi itu sih masukan dari teman,” akunya. Yey, malah makin parah. Eling bang.
Niat buruk Emen itu timbul lantaran selama menikah tidak pernah mendapatkan servis yang memuaskan dari Esih, sang istri. Setiap Emen memasang wajah mupeng alias muka pengen, Esih selalu terlihat ogah-ogahan dan tak pernah mau diajak pemanasan, semisal ciuman dan semacamnya. Setiap berhubungan suami istri, mimik muka Esih pasti kaku dan cemberut. Posisinya, hanya diam terlentang tanpa bergerak. Seolah mempersilakan Emen melakukan apa pun terhadap tubuh Esih yang pasrah tanpa gairah.
Setiap bercinta, Esih tak banyak bergerak dan posisinya tak pernah berubah. “Kalau saya tanya, jawabnya lagi bad mood. Masa bad mood terus. Kawin kan pakai biaya, mahal, enggak mau rugi dong saya,” keluhnya. Widih, sudah kayak rentenir saja.
Situasi demikian terus berulang dan tak jarang membuat Emen kesal. Lantaran itu, Emen sempat berniat negatif demi memuaskan libidonya sebagai lelaki sejati. Apalagi, setelah menceritakan kondisi itu kepada rekan-rekannya, acap kali mendapatkan hasutan tidak baik. Seperti menyarankannya untuk selingkuh. Emen pun mulai mencari sosok perempuan yang bisa diajak berfantasi ketika berhubungan suami istri.
Namun, setelah muncul tawaran teman lainnya, Emen berpikir ulang. Tawarannya lebih negatif. Yakni, kalau tidak selingkuh, ya ‘jajan’ saja. Katanya, ‘jajan’ lebih hemat ketimbang selingkuhan yang akan terus menggerus biaya. Entah apa yang ada di pikiran Emen, baik selingkuh atau ‘jajan’ di mana hematnya. Semua serba mahal.
“Sebetulnya, dari awal saya punya niat baik ingin membahagiakan istri. Tapi, kalau begini caranya, mana ada lelaki yang tahan. Bercinta sama istri kayak berhubungan sama mayat saja. Kaku,” kesalnya. Sabar Kang, mungkin itu cobaan.
Belum lagi, Esih juga tidak pernah mau diajak berciuman dengan alasan takut kuman. Kalau Emen sosor, pasti Esih selalu mencoba menghindar. Pokoknya, Emen kerap dibuat kesal oleh Esih dalam hal urusan ranjang. Tak jarang Emen mengurungkan niatnya melanjutkan berhubungan intim dengan Esih, meskipun puncaknya sudah berada di ujung tanduk.
Sejak itu, Emen yang memang mempunyai sifat agak sedikit nakal dan hobi nonton blue film, mulai menyusun rencana untuk menjalankan aksinya, yakni ‘jajan’. Dari ‘jajan’ itu, Emen mengaku merasa terpuaskan. Fantasinya terlampiaskan. Sejak itu, Emen mengaku ketagihan. Berbeda ketika Emen ingin dilayani istri di rumah. Melihat raut wajah istri yang manyun, membuatnya selalu ingin cepat-cepat menuntaskan adegan. Sikap Esih membuat Emen tidak merasa nyaman dan membuat kadar kejantanan Emen terus berkurang.
“Intinya, kalau main sama istri itu bawaannya bete saja. Saya juga kan ingin puas,” ujarnya. Eit dah, Puas puas!
Awal pertemuan Emen dan Esih memang begitu singkat. Emen berprofesi sebagai pegawai swasta kepincut dengan Esih sejak pandangan pertama pada lima tahun silam. Seketika itu, Emen langsung melakukan penelusuran dan mencoba mencari tahu soal pribadi Esih.
Melalui teman dekat Emen lah dirinya dicomblangkan dengan janda ditinggal mati suami itu. Emen mengaku menyukai Esih karena wajahnya manis, kulit mulus, serta memiliki bodi aduhai. Emen juga lumayan ganteng kok, kalau dari kejauhan. Hehehe, bercanda. Pokoknya, di mata Emen, sosok Esih gue banget.
“Tipe cewek saya memang putih dan bohai kayak Esih, biar enak dipeluk,” selorohnya. Sedap!
Namun, dari sejak menikah, apa yang diharapkan Emen dari Esih tak pernah terwujud. Selain setiap berhubungan suami istri terasa hambar, Esih juga sudah tidak mau mempunyai tambahan anak lagi dari darah Emen. Cukup satu saja, mengingat usianya yang sudah kepala empat dengan alasan rentan. Kondisi itu, sempat membuat Emen kepikiran mencari pelampiasan.
“Takutnya, Esih menikah dengan saya itu karena terpaksa,” ucapnya. Terpaksa bagaimana? “Ya, enggak cinta,” ujar Emen. Jangan berpikir negatif begitu Kang.
Sampai saat ini, pikiran Emen masih tidak karuan karena servis istrinya di ranjang tidak pernah memberikan kepuasan. Meski demikian, Emen tetap cinta dan berniat untuk mempertahankan rumah tangganya dengan Esih. Soalnya, Esih termasuk istri penurut, tak pernah marah, serta sayang sama keluarga. Bahkan, Esih selalu menerima ajakan Emen untuk berhubungan dalam kondisi apa pun. Hanya, banyak tidak mood saja.
“Selama Esih terus enggak mood, mungkin saya lampiaskan dengan ‘jajan’ saja,” ancamnya. Jangan lah Kang, dosa besar tuh. Sekarang jalani saja dulu, semoga seiring waktu, Esih mau berubah dan memuaskan Akang. “Ya, mudah-mudahan saja,” harapnya. (Nizar S/Radar Banten)