Berawal dari sebuah koperasi kecil di Pantai Utara Tangerang 14 tahun yang lalu, Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia (BMI) kini menjadi koperasi dengan anggota terbanyak se-Provinsi Banten. Jumlahnya kini mencapai 130.132 anggota.
Bersama 460 pegawai pada lima kantor cabang dan 37 kantor cabang pembantu mereka menempatkan diri sebagai salah satu koperasi syariah ter besar di Indonesia.
Suasana malam di Kota Makassar sangat bersahabat. Angin laut dari Pantai Losari terasa sepoi-sepoi. Sementara di salah satu sudut Ibukota Sulawesi Selatan yakni Hotel Karebosi Condotel terlihat berbeda. Ribuan orang dari seluruh Indonesia bertabur hingga mem bludak ke luar halaman hotel bintang empat tersebut.
Ya, Selasa (11/7) lalu merupakan puncak kegiatan Hari Koperasi Nasional (Har kopnas) ke-70 di hotel tersebut. Mereka yang datang merupakan anggota koperasi dari seluruh pulau dari Sabang sampai Marauke.
Yel dan tepuk tangan saling mengadu di dalam ruangan. Pada puncak acara itu, sebanyak 134 pegiat koperasi seluruh Indonesia mendapatkan bintang bakti koperasi. Sesaat kemudian, Menteri Koperasi dan UKM Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga melangkah tegap menyusuri panggung. Ia didapuk menyerahkan lencana kehormatan tersebut bagi para insipirator.
Mantan Wakil Gubernur Bali ini tidak sendiri, ia didampingi sang tuan rumah, Gubernur Sulsel Sahrul Yasin Limpo, Ketua Umum Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) Nurdin Halid, dan seluruh jajaran pejabat Kementerian Koperasi dan UKM. Bintang kehormatan tersebut ia sematkan satu persatu.
Tiba di urutan terakhir, langkahnya terhenti. Senyumnya semakin mengembang. Sosok di depan AAGN Puspayoga adalah Presiden Koperasi Syariah BMI Kamaruddin Batubara. Pria yang berada di depannya adalah sosok seorang pemimpin yang hampir setiap waktu meng ajaknya melihat rumah layak huni bagi anggotanya.
Sesaat kemudian, ia menyematkan bintang Bhakti di selipat baju batik kuning milik Kamaruddin. Tiba-tiba, suara yel-yel terdengar nyaring dari belakang disusul gemuruh tepuk tangan. Nurdin dan Sahril Limpo yang berada di samping menteri terperanjat. Mereka kaget, sambutannya berbeda dengan yang lain. “Banyak sekali pasukannya Pak?” tanya mereka. “Ya, kami bawa 75 orang langsung dari Banten,” jawab Kamaruddin. Gelak canda tawa bergayut ke dua tokoh Bugis itu.
Bagi Kamaruddin, penghargaan tersebut merupakan hasil kerja keras seluruh pengurus dan anggota yang selama ini mempertahankan corak ekonomi Islam untuk selalu terdepan di Tangerang dan area pelayanan mereka. Penghargaan Bhakti Koperasi ini berada di bawah satu level dengan penghargaan tertinggi koperasi, Satya Lencana. Para peraih Bhakti Koperasi sendiri akan berpeluang mendapatkan Satya Lencana tahun depan.
“Alhamdulillah, penghargaan yang kami dapat menjadi sebuah motivasi agar terus berupaya meningkatkan kinerja Kopsyah BMI. Ini adalah ujian dan alarm untuk terus berinovasi demi kesejahteraan anggota,” jelas pria berdarah Mandailing tersebut.
Dijelaskannya, sampai saat ini Kopsyah BMI masih menjadi pertahanan bagi usaha mikro yang pelayanannya mencakup seluruh wilayah Indonesia dengan jenis usaha simpan pinjam dan pembiayaan menggunakan sistem pelayanan pola syariah.
Kamaruddin menjelaskan, Kopsyah BMI memiliki ikatan batin yang kuat bagi warga Kabupaten Tangerang. Sejak awal berdiri tahun 2003 lalu, koperasi ini masih bernama Lembaga Pembiayaan Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (LPP-UMKM).
Lewat kerja sama Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Ka bupaten Tangerang dengan Lembaga Sumberdaya Institut Pertanian Bogor (LSI-IPB) mereka mendirikan LPPUMKM di Desa Pekayon dan Sukadiri, Kecamatan Sukadiri. “Waktu itu, banyak warga yang baru mengenal koperasi lalu kita perkenalkan konsep ekonomi syariah,” terang Kamaruddin saat ditemui di Kantor Pusat Kopsyah BMI, Ruko Time Square, Gadingserpong, Senin (17/7).
Dikatakannya, sistem pelayanan pembiayaan yang mereka terapkan adalah modifikasi pola Grameen Bank yang didirikan oleh Prof Dr Muhammad Yunus, seorang ekonom asal Bangladesh.
Konsep yang dibangun adalah memberikan pinjaman lunak tanpa jaminan kepada masyarakat berpenghasilan rendah. Ternyata para peminjam tersebut mampu mengembalikan pinjaman pada waktu yang telah ditentukan.
“Grameen bank memacu para anggotanya memiliki tanggung jawab secara bersama-sama, maka terbentuk kesadaran dari tiap anggotanya untuk melunasi pinjaman sesuai dengan waktu yang telah ditentukan,” papar alumni IPB tersebut.
Pola itu membuat koperasi ini menjalar ke seluruh Kabupaten Tangerang. Pembangunan ekonomi mikro terbangun di sana-sini. Hingga akhirnya, pada November 2015, LPP-UMKM berubah menjadi Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Benteng Mikro Indonesia dengan Akte Pendirian Nomor : 01 Tanggal 14 September 2015 dengan Badan Hukum Tanggal 04 Nopember 2015 Nomor : 213/PAD/M.KUMKM.2/XI/2015.
“Hingga sekarang, pola yang kita bangun adalah sistem operasional simpanan, pinjaman dan pembiayaan menggunakan pola syariah model rem bug pusat untuk kemaslahatan atau kesejahteraan anggota. Tujuannya yakni mencapai sistem syariah yang ideal berdasarkan Alquran, Al-Hadits, dan Fatwa MUI. Ini dibuktikan dengan keberadaan tiga pengawas syariah kami yang bergelar Doktor Syariah,” paparnya.
Disinggung mengenai kecenderungan maraknya koperasi berorientasi laba semata, Kamaruddin mengatakan bahwa konsep BMI dalam berusaha adalah maqosid syariah yakni sebuah usaha bagi kesejahteraan dunia dan akhirat.
“Sehingga selain mengejar laba kami juga padukan dengan melakukan kegiatan-kegiatan sosial,” katanya.
Program sosial yang dimaksud di antaranya santunan yatim, sunatan masal, lalu meluluskan sekitar 1.250 siswa Paket C secara gratis. Kemudian, pembangunan fasilitas air dan sanitasi gratis untuk duafa berdasarkan lisensi luar negeri seperti IUWASH.
“Tahun 2017 ini kami telah membangun 34 rumah layak huni gratis bagi anggota kami dengan gelontoran dana mencapai Rp30 juta per unit. Dengan total gelontoran dana mencapai Rp1 miliar. Kemudian, kami memberikan pembiayaan rumah tanpa DP nol persen,” pungkasnya. (Togar Harahap/RBG)