SERPONG – Polres Tangsel akhirnya menetapkan enam tersangka dalam kasus tewasnya Elih, seorang tunawisma berusia 73 tahun.
Nenek yang saat ditemukan tak memiliki identitas itu bersimbah darah dengan tangan kanan terputus di pos jaga ormas Pemuda Pancasila, Lengkongkarya, Serpong, pukul 10.20 WIB, Minggu (13/8) lalu.
Kapolres Tangsel AKBP Fadli Widyanto menjelaskan, enam tersangka yakni, MBM (16) warga Pondokaren, Kota Tangsel, BR (18) Ciledug, Kota Tangerang.
Selanjutnya MDR (39) dan MM (39) warga Depok, Jawa Barat. Sementara dua tersangka lainnya yakni UBY (26) dan FSL (21) warga Kembangan, Jakarta Barat. ”Seluruh pelaku diringkus di tempat berbeda,” terang mantan Kasubdit I Ditreskrimum, Polda Metro Jaya itu, Selasa (29/8).
Kepada Radar Banten, Fadli memastikan, Elih merupakan korban salah sasaran. Dikarenakan pos tersebut dalam keadaan gelap, secara membabi buta dengan menggunakan senjata yang sudah disiapkan, pelaku mengeroyok korban.
Dari keterangan yang dihimpun penyidik, para pelaku terporovokasi oleh oknum yang merasa bersitegang dan memiliki permasalahan dengan seseorang yang diduga salah satu anggota ormas yang ada di Tangsel. ”Mereka (pelaku,-red) terprovokasi. Oknumnya sekarang sedang kita buru,” tegasnya.
Setelah melakukan penganiayaan, para pelaku berpindah ke pos lain dan melakukan aksi pengrusakan. ”Sekitar 2 Km dari TKP, pos jaga dirusak. Aksi brutal ini, dipengaruhi minuman beralkohol,” paparnya.
Di tempat yang sama, Kasatreskrim Polres Tangsel AKP Alexander Yuriko menambahkan, pelaku beraksi menggunakan 15 unit sepeda motor. Sebagian berboncengan dan membawa senjata tajam.
Komplotan ini diduga berencana menyerang kelompok lain dengan motif balas dendam. ”Besar kemungkinan jumlah tersangka bertambah. Kami masih terus melacak keberadaan mereka, sembari terus meningkatkan koordinasi dengan sejumlah polres” terang Akpol jebolan 2006 itu.
Dari penangkapan ini disita beberapa barang bukti berupa sebilah golok dengan noda darah yang identik dengan darah korban, tiga unit sepeda motor.
Alex juga mengatakan, aksi yang dilakukan oknum tersebut bukan gesekan dari ormas yang ada di Tangsel. ”Sesuai dari keterangan dua ketua ormas yang bersangkutan bahwa pelaku tidak termasuk dari anggota ormas manapun di Kota Tangsel termasuk FBR dan Pemuda Pancasila. Hanya saja mengatasnamakan FBR militan,” ujar Alex.
Ketua FBR Kota Tangsel Ahmad Barata menegaskan, semua pelaku bukan merupakan anggotanya. Sebab dari keterangan yang dihimpun mereka tidak memiliki kartu keanggotaan yang seharusnya dimiliki oleh seluruh anggota FBR dimanapun.
”Anggota FBR itu kan ada di seluruh Indonesia, jadi sebagai tanda dia anggota FBR itu harus memiliki kartu keanggotaan yang resmi dikeluarkan oleh FBR pusat,” terang Ahmad.
Ketua Pemuda Pancasila Kota Tangsel Iwan Pristiasya mengatakan, tidak ada gesekan antara ormas yang ada di Tangsel. Baik itu Pemuda Pancasila dengan FBR ataupun dengan ormas lainnya. ”Tidak ada gesekan, para pelaku memang oknum yang cukup meresahkan,” katanya.
BACA : Nenek Bersimbah Darah di Pos Pemuda Pancasila Meninggal
Terpisah Yulius warga Perumahan Karawaci Residen menuturkan, kerap melihat nenek Elih di lokasi kejadian beberapa hari terakhir. ”Kondisinya ya menyedihkan. Tubuhnya kurus, mengenakan pakaian seadanya,” ungkap pelayan salah satu restoran di Tangsel itu.
Sejumlah pengendara yang melintas, sambung pria kelahiran Bandung 1979 itu, kerap memberikan makanan termasuk uang. ”Tragis sekali nasib nenek Elih. Wafat dengan cara begini. Bagi pelaku, tanggungglah dosa Almarhumah. Sunggunh keji perbuatan kalian!” tandas pria dengan logat Sunda-nya yang kental itu. (mg-04/RBG)