SERANG – Ketua DPD Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Banten Syaiful Bahri mengapresiasi program Kementerian Perhubungan (Kemenhub) yang melakukan normalisasi truk yang overdimension dan overloading (ODOL).
Meski begitu, pihaknya akan melakukan negosiasi agar dalam pelaksanaan dilakukan secara bertahap. “Kita berusaha untuk negosiasi sampai batas maksimal. Tapi kalau memang tidak bisa, apa boleh buat,” kata Syaiful Bahri usai rapat pengurus Aptrindo Banten, Selasa (8/10).
Menurutnya, peraturan itu sulit dihindari karena sudah merupakan keputusan menteri. Ia pun berharap pemotongan truk yang overdimension atau truk dengan dimensi lebih kepada para anggota Aptrindo agar dilakukan secara bertahap. “Truk dipotong sambil peraturan itu berjalan. Jangan langsung ditangkepin semua,” ungkapnya.
Khusus anggota Aptrindo, lanjut dia, meminta toleransi karena truk yang beroperasi di pelabuhan di Banten dengan di Pelabuhan Tanjung Priok berbeda. Di Tanjung Priok rata-rata menggunakan kontainer, sementara di Banten menggunakan dump truck. “Muatannya juga dominan ke muatan barang curah,” ungkap Syaiful.
Selain itu, lanjut pemilik SabaTrans ini, jarak angkutnya lebih dekat. Lebih dominan mengangkut barang dari pelabuhan ke industri dan gudang di wilayah Cilegon dan sekitarnya. Kecuali mengangkut barang dari industri ke industri.
Menurutnya, normalisasi truk yang overdimension dan overloading ini ada dampak lain yang ditimbulkan. Truk yang beroperasi akan bertambah banyak maka infrastruktur jalan harus siap menampung lonjakannya.
Untuk itu, ia berharap Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Direktorat Perhubungan Darat mengajak stakeholder lain dalam normalisasi truk ODOL ini. Seperti Indonesian National Shipowners’ Association (INSA), pemilik karoseri, asosiasi semen, asosiasi baja, dan lainnya. (aas)