Berbanding terbalik seperti judul buku Habiburahman el-Shirazy, Pudarnya Pesona Cleopatra, karir aparatur sipil negara (ASN) di mata milenial justru masih memiliki daya tarik. Menjadi ASN memang bukan hal mudah. Banyak hal yang harus dilalui. Meski begitu, pekerjaan ini menjadi harapan dan diidolakan bagi banyak orang karena bisa menyejahterakan.
Tunjangan yang menjanjikan, mendapatkan uang pensiun, status sosial yang baik, gaji pokok sesuai jabatan, dan jaminan-jaminan lain merupakan kenikmatan yang dicari banyak orang. Tak terkecuali milenial.
Putri Dwi Wulandari mengaku mengikuti seleksi calon ASN 2018 bagian sipir napi. Namun, tidak ia mengambilnya karena ia ingin melanjutkan studi ke perguruan tinggi. “Waktu itu nekat pakai ijazah SMA, soalnya belum lulus kuliah. Soalnya, penasaran dengan tes-tesnya,” aku sarjana Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten itu.
Putri menambahkan, ia hanya belajar tes soal CASN dari Google. “Lebih banyak memahami soal-soal tahun kemarin saja, kebetulan kakak juga ikutan, jadi saling kasih informasi,” terang cewek 23 tahun itu.
Sedangkan Puji Hartati, mahasiswi semester akhir UIN Sultan Maulana Hasanuddin itu mengaku, sudah dua kali mencoba tes CASN. “Kebetulan aku follow Instagram informasi CASN gitu, jadi mau coba lagi, Tahun tahun lalu sih belum rezeki, tapi tetap mau coba lagi pakai ijazah SMA,” ungkap mahasiswi jurusan bimbingan konseling Islam itu.
Puji juga menambahkan, ia mencoba belajar soal-soal CASN dari Google dan YouTube. “Google sama YouTube kebetulan Memang salah satu sumber pengetahuan yang bikin aku cepat mengerti, motivasi aku tetap ikut sih, karena aku ngerasa menjadi ASN hidup kita bakal terjamin,” terang cewek 23 tahun itu.
Pembukaan seleksi calon ASN pada 2019 ini nampaknya masih jadi primadona. Meski ekonomi kreatif telah berkembang pesat, pertumbuhan ekonomi yang menurut Badan Pusat Statistik (BPS) hanya 5,06 persen, sehingga tak banyak lapangan kerja baru yang tercipta. Menyebabkan banyak sarjana muda memilih untuk mendaftar ASN ketimbang di sektor swasta. Akhirnya, menjadi ASN merupakan idaman sebagian besar orang. Tak heran apabila informasi terkait profesi ini selalu dicari dan dinanti
Tahun ini, pemerintah mengalokasikan 197.111 formasi untuk penerimaan CASN 2019. Perinciannya, yakni 37.854 untuk formasi di instansi pusat, sisanya atau sebanyak 159.257 formasi untuk daerah. Formasi tersebut dibuka untuk 63.000 formasi guru, 31.000 formasi untuk tenaga kesehatan, dan 23.000 untuk tenaga teknis fungsional. Untuk jadwal tahapan CASN 2019 juga sudah dirilis BKN di mana akan dimulai pada akhir Oktober 2019 hingga April 2020.
Rismaya Utami, alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati itu mengatakan, meski ditempatkan di daerah terpencil, gaji yang diterima dari ASN akan sesuai, tunjangan pun demikian. Hal itu yang menyebabkan dokter muda ini ingin mendaftar CASN pada 2019 ini.
“Dokter dapat mengabdi untuk negeri dan tunjangan pun terjamin, artinya kehidupan tetap sejahtera, hal ini yang bisa mengisi kekosongan dokter di wilayah tertinggal,” timpalnya.
Tunjangan yang menjanjikan memang salah satu kelebihan ASN. Umumnya tunjangan diberikan bersamaan dengan penerimaan gaji pokok tiap bulan. Adapun aturan pemberian tunjangan ASN diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 tahun 2014 tentang ASN.
Mendapatkan uang pensiun juga salah satu daya tarik terbesar menjadi ASN. Uang pensiun akan didapatkan seusai purna tugas sebagai ASN di masa depan. Sistem tunjangan itu akan dibayarkan sampai ASN tersebut meninggal dan selanjutnya akan diberikan kepada pasangannya. Aturan tentang tunjangan ASN diatur dalam Pasal 91 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2014 tentang ASN.
Gaji pokok sesuai jabatan dan golongan. Saat seseorang menjadi ASN, akan mendapatkan gaji sesuai dengan golongan dan masa kerjanya. Sehingga ketika golongan naik, gaji pun akan ikut naik. Gaji juga akan bertambah ketika menduduki posisi-posisi penting.
Faktor jaminan kesehatan fasilitas yang bisa dinikmati ASN pun menjadi alasan mengapa pekerjaan ini sangat diminati. Salah satunya adalah mendapatkan jaminan kesehatan dari pemerintah baik melalui BPJS Kesehatan serta BPJS Ketenagakerjaan.
Tati Meliati, pengajar di SD Kadumerak 1 Pandeglang mengaku, mengarahkan anaknya untuk menjadi ASN. “Anak saya yang perempuan saya arahkan untuk menjadi ASN karena kemampuan dia mumpuni. ASN guru juga kerjanya di jam sekolah, jadi dia bisa bekerja dan sepulang sekolah bisa mengurus rumah tangga,” tuturnya.
Jam kerja yang pasti membuat seorang ASN memiliki jadwal yang pasti dalam hidupnya. Biasanya ASN memiliki rentang waktu kerja delapan sampai sembilan jam setiap harinya. Jam kerja yang pasti ini kerap dihubungkan dengan kehidupan ASN yang dianggap lebih teratur. Jenjang karir ASN pun meningkat seiring usia dan pendidikan sehingga semakin bertambahnya kebutuhan, gaji seorang pun dapat meningkat sesuai dengan jenjang karir.
Meski banyak kelebihan, menjadi ASN bukan tanpa kekurangan. Bila pekerja swasta dapat meningkatkan karir dengan pencapaian dan prestasi. Jenjang karir ASN cenderung lambat. Para ASN harus siap mengabdikan waktu, ilmu, dan tenaganya untuk kepentingan negara. Karir ASN menjadi panjang karena harus siap mengabdikan dirinya bagi negara dari mulai masuk hingga pensiun antara usia 60-65 tahun sesuai jabatan dan lembaga terkait.
ASN harus siap dipindahkan ke berbagai tempat sesuai surat keputusan pemerintah. ASN tidak bisa menolak saat dipindahkan ke suatu tempat. Termasuk ketika jabatan diturunkan ke jabatan lain yang lebih rendah.
“Penempatan bukan lagi hal yang baru bagi abdi negara, bahkan bagi aparatur sipil negara yang berasal dari sekolah kedinasan. Hal ini sudah menjadi konsekuensi yang harus diterima. Ada proses dan tahapannya, di awal biasanya akan ditempatkan di pelosok seiring waktu pasti akan ada waktunya, yang penting tulus mengabdi,” ujar Lettu Pradipta Akbar, Akmil 2017.
Alif Pasha, siswa SMAN 2 Kota Serang mengaku enggan menjadi ASN. Alasannya, pekerjaan ASN membosankan dan terpaku pada rutinitas. Pekerjaan ASN yang cenderung itu-itu saja dan jam kerja yang tak berubah bisa menimbulkan rasa bosan bagi sebagian orang. Jika sudah mengalami kebosanan, keluar dari ASN bukan sesuatu yang begitu saja bisa dilakukan.
“Gaji pokok ASN juga biasanya lama naiknya, kan ada aturannya. Kalau berwirausaha bisa menghasilkan gaji per hari, walaupun ada risiko lain, yang penting usaha sendiri,” sahutnya. (najla-dyah zetizen/zee/ira)