Dampak penyebaran wabah coronavirus disease 2019 atau Covid-19 tak hanya berpengaruh langsung ke tubuh manusia. Penetapan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat. Kondisi ini dialami dua keluarga di Kota Serang.
FAUZAN DARDIRI – Serang
Kepanikan menyelimuti Yuyun Cahyaningsih (37) warga asal RT 05 RW 08, Kelurahan Penancangan Baru, Kecamatan Cipocokjaya, Kota Serang, awal pekan lalu. Empat hari bersama suami dan dua anaknya menahan lapar.
Keseharian Yuyun, bekerja sebagai pedagang keliling dan buruh setrika pakaian, tidak bisa lagi mencukupi kehidupan keluarganya. Kini dia sudah tidak bisa lagi berjualan dari kampung ke kampung dan menerima orderan setrika dari tetangganya, karena banyak warga bertahan di dalam rumah dan melakukan aktivitasnya sendiri.
Keberaniannya Kamis (3/4) menghubungi Relawan Banten Melawan Corona (RBMC) melalui WhatsApp messenger dan menceritakan kondisinya akhirnya membuahkan hasil. Jumat, (4/4) Yuyun akhirnya mendapatkan bantuan untuk kebutuhan keluarganya beberapa hari ke depan. Berselang sehari, Sabtu (5/4) Yuyun kembali menerima bantuan dari Pemprov Banten.
“Jadi saya enggak punya pemasukan gara-gara corona ini. Kan enggak boleh keluar, jadi orang-orang ngegosok sendiri. Anak saya seminggu puasa, mulai dari Senin sampai Kamis kemarin,” kata Yuyun saat ditemui di kediamannya, Jumat (3/4).
Suami Yuyun, sebelumnya bekerja sebagai buruh lepas, kini tidak bisa memberikan tambahan penghasilan karena sedang meringkuk sakit. Beruntung Yuyun tidak harus mengeluarkan biaya untuk sewa rumah, karena dia dan keluarganya tinggal di rumah warisan keluarga suaminya ditempati turun-menurun.
Kesulitan Yuyun pun bertambah saat pemerintah membuat kebijakan belajar di rumah bagi siswa SD. Anaknya sempat kesulitan belajar karena tidak memiliki ponsel pintar. Untungnya, wali kelas anaknya meminjamkan ponsel kepada anaknya agar bisa tetap mengikuti pelajaran. “Saya ngeluh enggak punya beras, gosok saya sepi. Kemarin saya bingung, terus disuruh kontak Untirta (RBMC-red) peduli. Kepepet, saking kepepetnya, malu sebenernya mah,” katanya.
Kondisi serupa dialami keluarga Hasan (20) warga Kampung Kedaung, Kelurahan Cipete, Kecamatan Curug, Kecamatan Curug, Kota Serang. Bersama Pinka istrinya ia mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan hidup. Setelah sebelumnya mengalami pemecatan hubungan kerja (PHK) dari perusahaan konveksi daerah Jagaraksa, Depok, Jawa Barat karena penyebaran wabah Covid-19.
Tak bekerja di konveksi, Hasan mencoba mencari pekerjaan, namun tetap nihil. Akhirnya, memilih berjualan kopi dan es. Namun, hasilnya tetap, karena wabah, dagangannya tak membuahkan hasil maksimal. “Sejak dua bulan masih menganggur, udah nyari kerjaan, sudah coba ngelamar ke mana-mana, ini juga lagi usaha untuk jualan kopi dan es, paling tiga hari,” kata Hasan.
Akibat tidak memiliki penghasilan, Hasan dan Pinka hanya bisa berpasrah. Lebih-lebih, anaknya yang baru berusia empat bulan dalam kondisi sakit. Selain belum membawa anaknya ke dokter, Hasan kesulitan untuk membeli susu untuk anaknya. “Ini (anaknya-red) lagi batuk dan pilek. Ya (karena tidak punya biaya) belum saya bawa ke dokter. Bayi saya umur empat bulan, kondisinya lagi sakit flu dan batuk. Mana sudah tidak ada susu,” ujarnya.
Senada dikatakan Hasan. Pinka sang Istri menceritakan sejak ramainya wabah Covid-19 melanda, suaminya Hasan (20) yang hanya seorang buruh konveksi di Depok, terpaksa harus dirumahkan oleh perusahaan. “Tadinya kerja di konveksi, terus diliburin karena virus corona, jadi sekarang nganggur. Saya sementara ini tinggal sama orangtua,” kata Pinka.
Sementara itu, Koordinator RBMC Hendra Leo Munggaran mengatakan, upaya yang dilakukan pihaknya sebagai bentuk kepedulian antarsesama. Leo mengaku, bantuan diberikan kepada keluarga Yuyun berasal dari para donatur dan relawan yang bukan hanya berasal dari wilayah Banten saja. “Ini sebagai salah satu bentuk kita membantu masyarakat Banten. Semua elemen harus bahu-membahu menyelesaikan persoalan bangsa kita ini. Semoga kita semua bisa melewati masa krisis ini,” katanya.
Leo pun berharap, di tengah kondisi pandemi Covid-19 ini, semakin banyak warga yang memiliki kemampuan secara ekonomi, membantu warga lain yang kesulitan di tengah kondisi seperti saat ini.
Senada dikatakan Koordinator Relawan Milenial Banten Berbagi (MBB), Ahmad Hipni, timnya ke lokasi lantaran prihatin dengan kondisi keluarga yang sedang kesusahan. Menurutnya, pemerintah harus hadir di tengah-tengah masyarakat dalam situasi saat ini. “Sebenarnya kita juga paham bahwa kita semua terdampak dari virus corona ini, tapi ada yang lebih dari kita,” katanya.
Pria yang akrab disapa Ahi, meminta kepada para dermawan agar saling banhu-membahu, membantu saudara-saudara yang membutuhkan. “Kami mengetuk para pintu dermawan untuk saling berbagi, saling membantu, bersama-sama meringankan beban saudara-saudara kita yang secara ekonomi terdampak wabah virus corona ini,” pungkasnya. (*)