Pandemi Covid-19 tidak hanya diramaikan dengan informasi terkait Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), namun juga ramai dengan informasi seputar pencegahan penularan Covid-19.
Beberapa waktu lalu, beredar informasi di percakapan grup WhatsApp tentang aplikasi smartphone yang bernama Body Temperature Diary yang bisa dipakai untuk mengukur suhu tubuh pengguna tanpa menggunakan alat pengukur suhu tubuh atau termometer.
Informasi terkait aplikasi itu, menjadi viral setelah sejak salah satu akun pengguna twitter mengajak masyarakat terutama pengguna Android untuk menginstal aplikasi di Google PlayStore.
Postingan yang diunggah akun Twitter @Penyuka_ombak membuat sebuah video dengan narasi yang berbunyi persuasif.
“Wahh…ternyata kita bisa mengukur suhu tubuh kita sendiri tanpa harus beli alat test. Yukk..di coba gaes,” tulisnya.
PENJELASAN
Untuk menguji informas itu, Cek Fakta Radar Banten menginstal aplikasi tersebut. Hasilnya, aplikasi Body Temperature Diary yang dimaksud tidak bisa menjadi sebuah termometer untuk mengukur suhu tubuh, apalagi hanya dengan menempelkan sidik jari di layar gadget. Aplikasi Body Temperature Diary ini hanya berfungsi untuk mencatat suhu tubuh yang sudah diukur dengan termometer, dan pengguna bisa menginput suhu badan mereka secara manual ke kolom yang disediakan.
Menurut Kabid Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Diskominfo Banten, Rosmawati, aplikasi tersebut tidak bisa menggantikan fungsi termometer. Sebab, aplikasi itu hanya bentuk buku harian yang berfungsi untuk pencatatan suhu tubuh dan denyut nadi. Bahkan Kementerian Kominfo juga telah menyatakan informasi terkait aplikasi pengganti termometer tidak benar atau hoax. “Aplikasi ini tidak berfungsi untuk mengukur suhu tubuh. Jadi tidak benar bila aplikasi ini dapat menggantikan termometer,” kata Ros,Jumat (24/4).
Ia melanjutkan, setelah aplikasi tersebut ditelusuri, tidak ada menu ukur suhu tubuh menggunakan sidik jari di aplikasi ini. Aplikasi Body Temperature Diary hanya berfungsi untuk merekam suhu tubuh yang sudah diukur dengan termometer pribadi milik pengguna. “Jadi pengguna memasukkan suhu badan dengan cara manual ke kolom yang sudah disediakan. Setelah itu, aplikasi ini akan menganalisis statistik suhu tubuh pengguna yang sudah dicatat. Jadi tidak benar kalau aplikasi ini bisa mengukur suhu tubuh,” tegasnya.
Platform ini, lanjut Ros, hanya memberikan informasi ukuran suhu tubuh yang normal. Contohnya, jika di bawah 35 derajat Celcius, pengguna mengalami hipotermia. Sementara jika suhu tubuh di atas 37,5 derajat, pengguna mengalami demam atau hyperthermia. “Masyarakat jangan mudah percaya dengan informasi yang beredar di medsos terkait pencegahan covid, apalagi informasi diposting bukan oleh akun resmi milik pemerintah,” tegas Ros. (*)