SERANG-Cuaca ekstrem melanda Kota Serang sepanjang Januari 2021. Akibatnya, sebanyak 14 rumah di Ibukota Provinsi Banten ini roboh.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Serang mencatat belasan rumah roboh itu tersebar di Kecamatan Kasemen, Walantaka, Taktakan, Curug dan Kecamatan Serang. Sementara pada Januari 2020, cuaca ekstrem itu hanya menyebabkan delapan rumah roboh di Kecamatan Kasemen, Taktakan, dan Cipocokjaya.
“Cuaca ekstrim selama bulan Januari 2021 merobohkan 14 rumah di wilayah Kota Serang,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kota Serang Diat Hermawan kepada Radar Banten, Selasa (1/2).
Kata Diat, pihaknya telah memberikan bantuan kepada belasan korban rumah roboh tersebut. “Bantuan biasanya berupa perbaikan puing-puing rumah. Hingga bantuan lain yang diperkirakan penting meringankan beban keluarga korban,” kata Diat.
Diungkapkan Diat, rumah roboh paling banyak terjadi pada 31 Januari 2021. Sebanyak tiga rumah roboh di Kelurahan Kilasan, Kedung, dan Warung Jaud, Kecamatan Kasemen. Satu rumah di Kelurahan Cilaku, Kecamatan Curug dan satu rumah di Benggala, Kecamatan Serang.
Terpisah, Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kelas I Serang Tarjono membenarkan, selama Januari cuaca ekstrim musim penghujan. “BMKG sudah mengeluarkan press rilisnya tentang waspada cuaca ekstrim sepekan ke depan 27 Januari sampai 2 Februari 2021 yang dikeluarkan pertanggal 27 Januari 2021,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, ada beberapa wilayah berpotensi mengalami cuaca ekstrim di Provinsi Banten, termasuk Kota Serang. Cuaca ekstrim itu berupa hujan intensitas tinggi disertai petir dan angin kencang. “Hal ini juga telah diprediksi sejak Oktober 2020 lalu, bahwa terkait dengan puncak musim hujan akan terjadi pada Januari dan Februari 2021,” jelasnya.
Berdasarkan analisa BMKG, sambung Tarjono, terdapat dinamika atmosfer yang tidak stabil dalam beberapa hari ke depan yang dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia. “Kondisi tersebut diperkuat oleh aktifnya gelombang Rossby Ekuatorial dan gelombang Kelvin di wilayah Indonesia,” terangnya.
Selain itu, muncul pusat tekanan rendah di Australia bagian utara. Hal itu mendorong terbentuknya belokan maupun pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) yang berakibat meningkatnya potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar wilayah Indonesia.
“Dampak yang dapat ditimbulkan oleh kondisi cuaca ekstrim seperti banjir, rumah roboh, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin,” terangnya.
“Dan sudah kami sampaikan ke semua stakeholder terkait, termasuk BPBD provinsi Banten dan Kabupaten Kota untuk menjadi perhatian dan waspada,” tambah Tarjono. (fdr/nda)