SERANG,RADARBANTEN.CO.ID–Rektor UIN Alauddin Makassar Hamdan Juhannis menjelaskan arti dari pulang kampung dan pulang ke Rahmatullah.
Menurut Rektor UIN Alauddin Makassar Hamdan Juhannis, mendengar kata pulang kampung itu terasa nikmat. Sedangkan mendengar kata pulang ke Rahmatullah itu menimbulkan kengerian.
“Pulang kampung mengandung makna kerinduan. Yaitu, rindu bertemu dengan keluarga besar di kampung, rindu bersua dengan teman-teman kecil dulu,” katanya yang dikutip RADARBANTEN.CO.ID dari Website @kemenag.go.id, Senin 3 April 2023.
Pulang kampung juga mengandung sisi kesejarahan. Mengenang masa lalu serta mengecek jejak-jejak yang tersimpan dalam memori selama tumbuh kembang saat tinggal di kampung.
“Memiliki keinginan mengulang kembali masa-masa indah bersama teman sepermainan semasa sekolah. Sehingga mendengar kata pulang kampung itu begitu indah,” katanya.
Selain pulang kampung, kata terdengar indah itu kala akan pulang kerja. Mengandung makna rindu dengan keluarga, bertemu anak, istri dan orangtua.
“Mendengar kata pulang kampung dan pulang kerja begitu indah. Mengandung makna kecintaan akan kampung halaman dan keluarga di rumah,” katanya.
Oleh karenanya setiap orang yang pulang kampung ataupun pulang kerja selalu mempersiapkan diri membawa perbekalan buat di bawa ke kampung halaman atau ke rumah.
“Bekal yang dibawa buat pulang kampung, biasanya mempersiapkan uang untuk dibagikan di kampung halaman. Sedangkan kalau yang pulang kerja, biasanya membawa pulang oleh-oleh berupa makanan untuk keluarga,” katanya.
Pulang kampung biasanya akan menjadi trend ramai menjadi buah bibir menjelang Lebaran. Dimana sebentar lagi akan tiba libur cuti bersama dan akan banyak orang mempersiapkan perbekalan untuk dibawa ke kampung halaman.
“Namun banyak orang yang melupakan akan pulang ke Rahmatullah. Yang kalau diterjemahkan sepenuhnya ke Bahasa Indonesia, berarti pulang ke Rahmat Tuhan,” katanya.
Pulang ke Rahmatullah apabila diselami lebih dalam bermakna menjadi sebuah peristilahan penuh makna. Bisa kata pulang juga tetapi tidak dimaknai sebagai tempat yang indah.
“Tapi banyak menganggap sebagai kengerian bukan kerinduan. Apakah karena belum ada persiapan, dan tidak kuat membayangkan derita berkepanjangan. Saya pun ngeri akan membayangkan pulang ke Rahmatullah,” katanya. (*)
Reporter: Purnama Irawan
Editor: Agung S Pambudi