PANDEGLANG,RADARBANTEN.CO.ID-Eks Napiter (Narapidana teroris) yang tergabung dalam Koperasi Bina Insaf Mandiri (BIM) mulai memanen kopi Arabika di Puncak Gunung Karang di Desa Kaduengang, Kecamatan Cadasari, Kabupaten Pandeglang.
Kopi yang dipanen merupakan kopi ditanam oleh eks Napiter bersama petani setempat di lahan petak 27 Gunung Karang seluas 50 hektar. Lahan seluas 50 hektar yang ditanami kopi Arabika oleh Napiter merupakan lahan hasil Perjanjian Kerjasama dengan Perhutani.
Menurut Ketua Koperasi Bina Insaf Mandiri (BIM) Badri Wijaya mengatakan, kopi yang mulai dipanen hasil tanam tahun 2021-2022.
“Jumlah kopi yang ditanam saat itu kurang lebih sebanyak 100 ribu batang bibit pohon kopi. Untuk jenisnya Arabika ” katanya kepada RADARBANTEN.CO.ID, melalui sambungan telepon selularnya, Jumat 5 Juni 2024.
Badri menjelaskan, dari 100 ribu batang bibit pohon ditanam yang tumbuh kurang lebih sebanyak 60 ribu pohon. Pada saat ini sudah mulai berbuah dan sudah mulai dipanen.
“Panen kali ini dalam skala kecil. Kita petik buah kopi sudah matang atau merah,” katanya.
Jadi belum dilakukan panen raya secara merata karena memang belum memasuki masa panen. Secara hitungan insya Allah tahun ini akan dilakukan panen raya.
“Kemungkinan untuk panen raya akan dilaksanakan di bulan Oktober mendatang,” katanya.
Lebih lanjut Badri mengungkapkan, penanaman kopi di Gunung Karang ini bantuan dari Satgaswil Banten Densus 88 Anti Teror Mabes Polri.
“Bibit yang kami terima semuanya murni dari densus 88. Mulai bibit, dari mulai operasional dan sebagainya, kami dibantu atau ditanggung oleh Densus 88 Mabes Polri,” katanya.
Selain dari Densus 88, Koperasi BIM juga mendapatkan pendampingan dari Mathlaul Anwar. Serta dari PLTU Banten 2 Labuan.
“Dari PLTU Banten 2 Labuan tahun ini turut memberikan perhatian berupa CSR. Memberikan bantuan paving block untuk akses jalan serta penanaman bibit pohon kopi dan pengelolaan obyek wisata Kampung Arabika,” katanya.
Belum lama ini, diungkapkan Badri, dari pihak PLTU mengajak Koperasi BIM melakukan studi tiru ke Cupumanik Coffee di Kabupaten Subang, Jawa Barat.
“Jadi kita ke sana itu untuk mempelajari manajemen pengelolaan pasca panen kopi. Dimana di sana itu terdapat kelompok tani menanam kopi yang secara mandiri hingga berjalan sukses sekarang ini,” katanya.
Kelompok tani di sana sukses dengan perjuangan mereka sendiri. Namun dapat sukses mengembangkan usahanya.
“Kami tentu sangat termotivasi karena mereka yang mandiri saja bisa maju. Masak kami yang mendapatkan pendampingan dan bantuan tidak bisa maju, tentu sangat disayangkan,” katanya.
Terlebih secara luasan lahan, lebih luas lahan tanam kopi dikelola oleh Koperasi Bina Insaf Mandiri. Kalau yang di Cupumanik Coffee itu kurang lebih seluas 4 hektar.
“Sementara di sini itu seluas 50 hektar. Yang mana sangat penting bagi kita belajar manajemen pengelolaan pasca panen,” katanya.
Badri menegaskan, ia optimis dapat mengelolanya dan memang saat ini tengah membuat perencanaan untuk mewujudkan obyek wisata Kampung Arabika di Puncak Gunung Karang.
“Jenis wisatanya Agrowisata dan wisata edukasi,” katanya.
Warga Desa Kaduengang, Yusep mengatakan, pada saat ini petani di Puncak Gunung Karang tengah memanen kopi dan cengkeh.
“Termasuk kopi yang ditanam petani bersama eks napiter juga sebagian sudah mulai dipanen. Kedepan puncak Gunung Karang akan menjadi sentra kopi di Banten,” katanya. (*)
Reporter: Purnama Irawan
Editor: Agung S Pambudi