SERANG, RADARBANTEN.CO.ID – Perekonomian Banten, berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku triwulan II 2024, mencapai Rp 217,11 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 132,08 triliun.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten mencatat, seluruh komponen pengeluaran di Banten tumbuh positif. Namun, konsumsi rumah tangga masih menjadi penyumbang utama PDRB Banten.
Kepala BPS Provinsi Banten, Faizal Anwar mengatakan, berdasarkan struktur PDRB, kontribusi konsumsi rumah tangga mencapai 53,53 persen.
“Konsumsi rumah tangga tumbuh positif didorong adanya momen Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha. Momen tersebut mendorong penguatan hampir di seluruh kelompok konsumsi, utamanya pada kelompok konsumsi makanan dan minuman, transportasi serta penginapan, hotel, dan restoran,” ujar Faizal, Senin, 5 Agustus 2024.
Pada triwulan II 2024, ia mengatakan, konsumsi rumah tangga menjadi sumber pertumbuhan tertinggi secara year on year (yoy), yakni sebesar 2,59 persen.
Apabila pertumbuhan PDRB menurut lapangan usahanya, Faizal mengatakan, semua ladang sektor melanjutkan tren positif (yoy), yaitu industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran: reparasi mobil dan sepeda motor, transportasi dan pergudangan, konstruksi, real estate, serta pertanian, kehutanan, dan perikanan.
”Sedangkan lapangan usaha dengan pertumbuhan tertinggi yaitu administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib. Selain itu, ada juga jasa kesehatan dan kegiatan sosial,” terangnya.
Pada triwulan II 2024, industri pengolahan menjadi sumber pertumbuhan tertinggi secara yoy, yakni sebesar 1,22 persen.
Pada kesempatan itu, Faizal juga menyebutkan pertumbuhan tiga lapangan usaha. Industri pengolahan tumbuh lebih lambat dibandingkan triwulan II 2023.
“Pertumbuhan didorong terutama oleh kinerja positif dari industri kimia, farmasi, dan obat tradisional; industri karet, barang dari karet dan plastik; industri alat angkutan; industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan reproduksi media rekaman; serta industri makanan dan minuman,” terangnya.
Faizal mengatakan, perdagangan tumbuh melambat. Pertumbuhan ditopang perdagangan besar dan eceran, bukan mobil dan sepeda motor. Sedangkan, transportasi dan pergudangan tumbuh lebih lambat.
“Pertumbuhan ditopang terutama angkutan rel, angkutan udara, pergudangan dan jasa penunjang angkutan, pos dan kurir, serta angkutan darat,” ujarnya.
Ia juga menyampaikan, ekonomi Banten triwulan II-2024 terhadap triwulan II 2023 mengalami pertumbuhan sebesar 4,70 persen (yoy).
Dari sisi produksi, lapangan usaha administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib sebesar 17,57 persen.
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dimiliki oleh komponen pengeluaran konsumsi lembaga nonprofit (LNPRT) sebesar 18,07 persen.
Faizal juga mengatakan, ekonomi Banten triwulan II 2024 dibanding triwulan I-2024 (q to q) juga mengalami pertumbuhan sebesar 1,25 persen.
Lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tinggi, di antaranya, jasa lainnya sebesar 8,06 persen; administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib sebesar 8,05 persen; serta pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 7,54 persen.
“Lima lapangan usaha yang memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian Banten, yang pada triwulan II 2024 ini mengalami pertumbuhan, di antaranya, adalah perdagangan besar dan eceran: reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 1,31 persen; transportasi dan pergudangan sebesar 5,01 persen; serta real estat sebesar 0,96 persen. Sementara, industri pengolahan dan konstruksi terkontraksi masing-masing sebesar 0,39 persen dan 1,62 persen.
Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha jasa lainnya sebesar 8,06 persen.
Sementara itu, dari sisi pengeluaran, komponen pengeluaran konsumsi pemerintah mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 9,20 persen.
Sedangkan, pertumbuhan ekonomi Banten semester I 2024 terhadap semester I 2023 tumbuh sebesar 4,60 persen (c to c).
Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib sebesar 19,02 persen.
Sementara itu, dari sisi pengeluaran, komponen net ekspor total mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 16,76 persen. (*)
Editor: Agus Priwandono