SERANG, RADARBANTEN.CO.ID – Santri dan santriwati asal Pondok Pesantren (Ponpes) Bani Ma’mun Kobak diduga kerap meminta sumbangan.
Permintaan sumbangan itu, diduga atas perintah Kholid (41) selaku pimpinan ponpes yang terletak di Kampung Badak, Desa Gembor Udik, Kecamatan Cikande, Kabupaten Serang tersebut.
Kasatreskrim Polres Serang AKP Andi Kurniady mengatakan, pihaknya telah mendapat informasi mengenai santri dan santriwati Kholid yang kerap diminta untuk meminta sumbangan. “Informasinya begitu (disuruh minta sumbangan-red),” ujarnya, Selasa 3 Desember 2024.
Hasil sumbangan dari masyarakat itu diduga digunakan Kholid untuk kepentingan ponpes dan pribadi. Namun, informasi itu tidak digali penyidik karena lebih fokus terhadap tindak pidana yang disangkakan terhadapnya. “Kami lebih fokus ke perbuatannya,” katanya.
Andi menjelaskan, dalam kasus dugaan asusila tersebut, terdapat tiga orang korban. Dari ketiga korban itu, satu diantaranya hamil dan telah menggugurkan kandungannya. “Iya satu yang hamil, tapi sudah digugurkan,” katanya.
Ia menjelaskan, kasus kekerasan seksual yang terjadi di lingkungan ponpes ini terungkap setelah salah satu korban berinisial SL membeberkan perbuatan pelaku kepada keluarganya. Dari keterangan perempuan asal Binuang itu, ia menjadi pelampiasan nafsu pelaku pada Juni 2023 lalu. “Kejadiannya di dalam pondok pesantren,” ujarnya.
Menurut SL, ia digauli korban sebanyak tiga kali. Hubungan suami istri itu membuat perempuan kelahiran 16 Juni 2007 itu sampai berbadan dua . “Korban SL yang melakukan aborsi (saat hamil muda-red),”katanya.
Andi juga menjelaskan, dari keterangan SL, ia mengatakan bahwa dua santriwati lain juga menjadi korban. Keduanya, SP (18) dan M (22). Kedua perempuan muda ini juga berasal dari Binuang. “Total ada tiga korban. Kedua korban ini dicabuli dan disetubuhi pada tahun 2022 lalu. Khusus SP dia empat kali disetubuhi, sedangkan M lima kali dicabuli,” ungkapnya.
Andi mengatakan, korban SL baru membeberkan perbuatan pelaku tersebut karena khawatir kembali menjadi pelampiasan nafsu pelaku. Selain itu, ia juga khawatir dengan nasib kedua temannya dan santriwati lain yang lain. “Baru cerita belum lama ini,” ujar pria asal Makassar ini.
Pengakuan SL tersebut diakui Andi membuat warga marah. Mereka kemudian mendatangi ponpes dan melakukan pengrusakan. “Rumah milik KH (Kholid-red) dan bangunan ada di lingkungan ponpes dirusak warga,” katanya.
Andi menambahkan, saat warga melakukan pengrusakan petugas langsung mendatangi lokasi kejadian. Di lokasi tersebut, petugas tidak menemukan Kholid. Ia diketahui telah bersembunyi di atas plafon di rumah milik keluarganya. “KH ditemukan saat sembunyi di atas plafon rumah warga yang masih keluarganya,” tuturnya.
Editor: Mastur Huda