PANDEGLANG,RADARBANTEN.CO.ID-Sebanyak 20 orang masyarakat adat Suku Baduy mengikuti kegiatan Ngaraksa Alam di Batu Bangkong, Gunung Honje, Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon, Resor Katapang, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang.
Kegiatan Ngaraksa Alam dilaksanakan masyarakat Adat Suku Baduy pada hari Minggu, 19 Januari 2025.
Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon (BTNUK) Ardi Andono mengatakan, sebanyak 20 orang warga Suku Baduy melaksanakan kegiatan Ngaraksa Alam di Batu Bangkong, Gunung Honje.
“Dipimpin oleh Jaro Oom selaku Kepala Desa Kanekes. Didampingi oleh Kepala Seksi PTN 3 Sumur dan Kepala Resor PTN Katapang,” katanya kepada RADARBANTEN.CO.ID, Senin 20 Januari 2025.
Selain itu, Ardi menjelaskan, turut mendampingi mahasiswa dari Fahutan Unwim ( Fakultas Kehutanan Universitas Winaya Mukti). Kegiatan Ngaraksa Alam berjalan khidmat.
“Uniknya pada saat akan dimulai acara Ngaraksa Alam, semua yang ikut agar mengunyah Seupah (daun Sirih, buah pinang muda, kapur sirih),” katanya.
Kemudian secara bergantian sembilan (9) Abah Kolot melakukan ritual dilanjut dengan berdoa bersama diakhiri dengan selamatan, yakni makan bersama. Kegiatan Ngaraksa Alam awalnya dijadwalkan pada bulan Mei 2025.
“Namun karena kegelisahan para Abah Kolot dan Karuhun Baduy terhadap kejadian perburuan Badak Jawa maka dilaksanakan segera mungkin. Masyarakat Adat Baduy menyebut Badak Jawa sebagai Pusaka, kami kaleungitan pusaka (Kita kehilangan Badak Jawa),” katanya.
Lebih lanjut Ardi menegaskan, Balai TNUK berkomitmen mewujudkan program pagar budaya.
“Dengan memberikan kesempatan dan mendukung terhadap kegiatan Adat (Kearifan) masyarakat lokal. Mari kita jaga Alam bersama,” katanya.
Kepala Desa Kanekes Jaro Oom menitipkan pesan, para Abah Kolot Baduy.
“Abah Kolot dan Masyarakat Baduy ketitipan menjaga gunung atau alam secara batin (Gunung ulah dilebur Lebak ulah dirusak),” katanya.
Adapun lokasi yang biasa dilakukan kegiatan Ngaraksa Alam yaitu Batu Bangkong, Puncak Gunung Honje, Gungung Tilu, Sanghyang Sirah sampai ke Peucang dan Panaitan.
“Pemerintah ketitipan menjaga alam secara lahir, supaya saling mendukung dengan kegiatan Adat Baduy. Kegiatan Ngaraksa Alam harus dilakukan paling sedikit satu (1) kali dalam tiga (3) tahun, namun sebaiknya dilaksanakan satu (1) kali setahun.
Reporter : Purnama Irawan
Editor: Agung S Pambudi