PANDEGLANG, RADARBANTEN.CO.ID – Inovatif, sekelompol siswa SMKN 2 Pandeglang berhasil menciptakan inovasi luar biasa mencintai seni tradisional dengan menghasilkan karya yang memodifikasi menjadi angklung elektronik.
Siswa jurusan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) menciptakan inovasi angklung elektronik sebagai upaya melestarikan kesenian tradisional sambil mengikuti perkembangan teknologi. Karya ini sekaligus menjadi wujud kecintaan terhadap budaya Indonesia dan tanggung jawab sebagai warga negara.
Proyek ini merupakan bagian dari mata pelajaran Kreatif dan Kewirausahaan. Angklung elektronik tersebut menggabungkan teknologi sensor elektronik dengan sistem digital yang terkoneksi. Alat ini dapat dimainkan secara manual dengan digoyangkan, layaknya angklung tradisional.
Inovasi ini menggunakan sensor gerak dan sentuhan untuk menghasilkan suara. Data yang ditangkap oleh sensor diproses melalui perangkat lunak hingga menghasilkan melodi otentik yang menyerupai angklung asli.
Pengajar Teknik Komputer Jaringan (TKJ), Endang Suhendar, mengungkapkan bahwa pembuatan angklung membutuhkan keahlian khusus. Selain itu, untuk menghasilkan suara berkualitas, dibutuhkan bahan tertentu yang kini semakin sulit ditemukan. Seiring waktu, jumlah pembuat angklung yang ahli pun semakin berkurang.
“Kami coba menggabungkan antara materi pembelajaran dengan peluang itu, sehingga terciptalah inovasi anak-anak bersama tim TKJ, yaitu angklung elektronik,” ungkap Endang, Kamis 23 Januari 2025.
Endang menjelaskan bahwa inovasi ini merupakan langkah baru untuk mengembangkan potensi seni musik tradisional yang dikombinasikan dengan teknologi modern.
“Metode pembuatan angklung ini ada dua, yang pertama menggunakan aplikasi, dan yang kedua angklung yang dimainkan oleh robot atau mekanik,” jelasnya.
Angklung elektronik yang mereka buat mensimulasikan suara menggunakan sensor yang dideteksi oleh mikrokontroler, sehingga mampu menghasilkan melodi.
“Untuk saat ini kami membuat 32 set dengan 16 nada dan 2 oktaf. Proses pembuatannya sendiri memakan waktu sekitar 2 tahun, meski tidak dikerjakan secara kontinyu karena diselingi kegiatan lain,” ujarnya.
Ia menuturkan, alat musik angklung elektronik memiliki keunikan tersendiri. Ketika dimiringkan atau digoyangkan, alat ini mampu menghasilkan melodi suara.
“Setahu saya, ini baru pertama kali diciptakan, dan ada di sekolah kami. Mungkin seperti itu,” ujarnya.
Ia menambahkan, karya ini memberikan motivasi tambahan bagi para siswa untuk terus belajar. Pasalnya, inovasi seperti ini tidak hanya bermanfaat, tetapi juga cukup inovatif.
Sementara itu, salah satu siswa Naila menyampaikan pembuatan angklung elektronik menjadi pengalaman baru yang belum pernah ada sebelumnya di sekolah mereka. Biasanya, mereka hanya memainkan angklung tradisional.
“Kalau bahannya dari paralon, terus menggunakan sensor kemiringan sehingga menghasilkan suara,” katanya.
Naila juga mengakui ada tantangan dalam proses pembuatannya. Meski demikian, mereka terus berusaha dan melakukan revisi hingga akhirnya berhasil menciptakan angklung elektronik tersebut.
“Angklung seperti ini belum pernah ada di sekolah, tapi karena kami menciptakannya, jadi ada sesuatu yang baru yang belum pernah ada sebelumnya,” tambahnya.
Inovasi ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi siswa lain untuk terus mengembangkan kreativitas dengan memadukan tradisi dan teknologi.
Editor: Bayu Mulyana