RADARBANTEN.CO.ID – Seba Baduy adalah salah satu tradisi tahunan suku Baduy di Banten yang penuh makna dan sarat nilai budaya. Dilaksanakan setiap bulan April atau Mei, ritual ini merupakan bentuk persembahan dan ungkapan hormat dari masyarakat Baduy kepada Pemerintah Kabupaten Lebak dan Provinsi Banten.
Makna di Balik Seba Baduy
Kata “Seba” berarti “menghadap” atau “berkunjung.” Dalam konteks ini, masyarakat Baduy baik Baduy Dalam maupun Baduy Luar berjalan kaki puluhan kilometer dari pedalaman Kanekes menuju pusat pemerintahan di Rangkasbitung dan Serang. Mereka membawa hasil bumi seperti pisang, gula aren, dan palawija untuk dipersembahkan kepada pemerintah sebagai simbol rasa syukur dan harapan akan keseimbangan alam serta ketenteraman masyarakat.
Tradisi yang Penuh Nilai
- Simbol Ketaatan
Seba merupakan wujud ketaatan warga Baduy kepada pimpinan daerah, yang dianggap sebagai bagian dari ikatan moral dan adat.
- Pelestarian Budaya
Meski dunia semakin modern, tradisi ini tetap dilaksanakan tanpa berubah banyak, menunjukkan komitmen kuat masyarakat Baduy dalam melestarikan adat.
- Pesan Ekologis
Masyarakat Baduy sangat menjunjung tinggi kelestarian alam. Dalam pidato adat saat Seba, biasanya mereka menyampaikan pesan penting tentang menjaga hutan dan lingkungan hidup.
Rangkaian Acara
Seba Baduy biasanya diawali dengan prosesi dari kampung Baduy, lalu mereka berjalan ke kota, disambut dengan upacara adat, musik tradisional, dan sambutan resmi pemerintah. Acara ini tidak hanya sakral bagi warga Baduy, tapi juga menjadi daya tarik wisata budaya bagi masyarakat luas.
Wisata Budaya dan Edukasi
Bagi wisatawan, Seba Baduy adalah momen terbaik untuk mengenal lebih dalam kehidupan masyarakat Baduy — yang tanpa listrik, teknologi, dan tetap menjaga kearifan lokal. Tradisi ini juga memberi pelajaran tentang kesederhanaan, harmoni, dan penghormatan kepada alam serta sesama.
Seba Baduy bukan sekadar ritual adat. Ia adalah jembatan antara nilai leluhur dan kehidupan masa kini, antara masyarakat adat dan pemerintah, antara manusia dan alam.
Editor : Aas Arbi