ini semakin banyak orang yang hobi bersepeda. Selain
menyehatkan, olahraga satu itu menjadi bagian dari gaya hidup. Pesepeda sering
kali memilih celana ketat saat gowes. Padahal, penggunaan celana ketat
ditengarai dapat mengganggu kesuburan pria.
Dokter Henry Wibowo SpAnd dari Rumah Sakit Husada Utama
(RSHU) mengungkapkan, penggemar olahraga bersepeda kerap menggunakan celana
ketat dan elastis seperti celana renang atau senam. Memang,
celana seperti itu
terasa nyaman dan ringan untuk bersepeda. Namun, penggunaan celana ketat
tersebut dapat mengganggu fungsi thermoregulator scrotum atau kantong testis.
”Karena celananya ketat, kantong testis tidak bisa
memanjang atau melebar. Sebab, pergerakan kantong testis terhalang oleh celana
ketat. Dengan sendirinya, testis dan sperma di dalam akan kepanasan,” ungkap
spesialis andrologi tersebut.
Dalam jangka panjang, kualitas sperma bisa terganggu. Henry
menjelaskan bahwa kantong testis berfungsi menjaga agar tidak terjadi perubahan
suhu pada sperma. Saat seorang
pria sedang mandi, berenang, basah, atau
kedinginan, kantong akan mengecil. Dengan begitu, posisinya mirip merangkul
testis. Hal tersebut akan menghangatkan testis.
Sebaliknya, dalam kondisi panas, kantong bakal memanjang
atau melebar. Ketika itu kantong akan berfungsi ”mengangin-anginkan” testis
agar tidak kepanasan. ”Nah, kalau celananya ketat, hal itu tidak bisa
dilakukan,” jelas Henry.
Dia memaparkan, berdasar penelitian, perubahan suhu naik
atau turun lebih dari dua derajat Celsius pada testis dalam waktu dekat dapat
mematikan sperma. Atau, setidaknya menurunkan
gerakan sperma. Dampak jangka
panjangnya adalah mengganggu bentuk sperma. Bahkan di dalamnya banyak sel
sperma yang akan rusak.
Karena itu, menurut dia, penghobi sepeda yang masing lajang
atau masih berkeinginan memiliki keturunan diharapkan memperhatikan kostum
celana. Hal tersebut bertujuan untuk menjaga kualitas sperma. ”Olahraga
bersepeda sangat baik untuk kesehatan. Jadi, jangan ditinggalkan. Tetaplah
bersepeda, tapi tidak harus dengan celana ketat,” ujarnya.
Henry menegaskan, kesuburan pria berbeda dengan kemampuan
seksual seseorang. Kemampuan seksual tidak terpengaruh
dengan celana ketat.
Pemakaian celana ketat hanya berpengaruh terhadap kualitas sperma.
Lebih lanjut, dia menyatakan bahwa kesuburan pria secara
umum bisa dilihat dari kualitas sperma. Kualitas sperma dapat dilihat dari tiga
hal. Pertama, konsentrasi atau jumlah sperma per cc yang normalnya mencapai di
atas 15 juta per cc. Kedua, mobilitas atau gerakan sperma. Normalnya, 32 persen
dari sperma bisa bergerak dengan baik. Terakhir, morfologi atau bentuk sperma.
Minimal empat persen dan bentuknya norma. (JPNN)