Nasib malang dalam berkeluarga rupanya harus diterima secara paksa oleh Wati (34), bukan nama sebenarnya. Pasalnya, 15 tahun menikah dengan Joko (35), bukan nama sebenarnya, ia harus menjalani hidup penuh penderitaan. Selama usia pernikahannya pun, Wati harus kerja keras menjadi tulang punggung bagi keluarga.
“Ini bukan kemauan saya. Tapi keadaan yang memaksa saya begini,” keluhnya.
Dengan bermodalkan ijazah SD, Wati pun memaklumi jika suaminya sulit mendapatkan pekerjaan. Namun lama-kelamaan, ia pun merasa geram dengan tingkah laku suaminya yang hanya menghabiskan waktu untuk nongkrong dan main judi. Padahal dengan tempat tinggal sementara di ibukota, Jakarta, bukan hal sulit untuk mendapatkan pekerjaan. “Namanya di kota, apa saja bisa jadi uang dan menghasilkan. Tapi ini suami saya malah keasikan nganggur nggak jelas,” Wati menggerutu.
Wati yang sehari-hari bekerja sebagai buruh pabrik pun merasa aneh dengan dirinya yang mau bertahan dengan sang suami pengangguran dan suka berjudi. “Jangankan berpikir untuk cerai, mau marah saja saya tidak bisa. Saya selalu merasa kasihan ketika melihat wajahnya. Mau tidak mau saya yang membiayai hidupnya,” katanya.
Semakin tahun keanehannya bertambah, karena penasaran suatu ketika Wati pergi ke orang pintar untuk mengetahui kondisinya yang selalu kasihan melihat sang saumi. Padahal ia sudah lama tersiksa dengan penderitaannya. Namun dari semua orang pintar yang ia datangi, hampir semua mengatakan hal sama, dirinya diguna-guna sang suami agar selalu kasihan dan tidak ingin bercerai. “Saya langsung kaget. Meski tidak percaya, tapi ada benarnya juga karena selama ini saya selalu kasihan,” terangnya.
Dengan bermodalkan petuah dari orang pintar, kemudian ia memutuskan memberi tahu kepada orangtua tentang dirinya yang diguna-guna sang suami agar selalu kasihan. Sontak orangtua Wati pun kaget dan tidak menyangka. Sebagai solusinya, kemudian Wati pun disarankan untuk mendatangi orang pintar yang bisa mengobati dirinya dari guna-guna sang suami.
Satu minggu mencari, akhirnya Wati pun berhasil menemukan orang pintar yang dirasa mampu mengobati dirinya dari guna-guna. “Untuk mengobatinya ternyata tidak mudah. Karena suami saya telah mengguna-guna sebelum kita menikah. Tapi saya tidak putus asa, terus ikhtiar dan akhirnya pun bisa,” katanya.
Tiga bulan setelah menjalani wasilah yang diberikan orang pintar tersebut, akhirnya secara perlahan hati Wati terbuka dan memutuskan cerai dengan suami. “Alhamdulillah saya pun bisa lepas dari penderitaan selama belasan tahun hidup dengan suami pengangguran yang hanya memanfaatkan gaji saya untuk berfoya-foya,” akunya.
Usai perceraian, Wati yang memiliki dua anak dari Joko, Nana (8) dan Lana (5), bukan nama sebenarnya, kemudian kembali melanjutkan pekerjaannya menjadi buruh. Namun setelah empat bulan bercerai, Joko kembali mendatangi Wati dan meminta rujuk. “Saya tidak habis pikir, dengan tidak sadar waktu itu saya langsung mengiyakan permintaannya untuk rujuk,” katanya.
Kemudian Wati kembali hidup dalam bayang-bayang sang suami yang semakin hari semakin jadi dengan kebiasaannya berjudi. Wati kemudian mengatakan kepada orangtuanya, ia telah kembali rujuk dengan Joko. Alhasil, orangtua Wati pun kembali membawanya kepada orang pintar untuk diobati kembali dari guna-guna suaminya.
Untuk memastikan sembuh dari guna-guna Joko, terpaksa Wati pun harus mengurung di rumah orangtuanya di desa selama satu bulan hingga guna-guna itu hilang. Berkat usahanya agar bisa lepas dari guna-guna Joko, keadaan Wati pun berangsur pulih dan sadar. Setelah dirasa aman dari Joko, Wati kemudian kembali bekerja. Beruntungnya ia dilindungi kakak dan adiknya yang juga bekerja di ibukota.
Setahun berlalu, setelah perceraian yang kedua kalinya dengan Joko, kemudian Wati bertemu dengan Maman (43), bukan nama sebenarnya. Semakin hari ia mulai intens menjalin komunikasi dengan lelaki yang bekerja sebagai kontraktor bangunan. “Karena saya melihat keseriusan, akhirnya saya mau ketika diajak untuk menikah,” terangnya.
Enam bulan setelah perkenalannya dengan Maman, akhirnya Wati resmi menikah dengan lelaki yang juga berstatus sebagai duda beranak tiga. Meski awalnya kaget dengan kenyataan keadaan Maman yang tak sesuai dengan apa yang diceritakan padanya. Namun berkat kesungguhan Maman untuk membangun keluarga dan memulainya dari nol, akhirnya Wati pun memilih bertahan dan mau untuk memulai hidup kembali.
“Saya merasa beruntung, meski usia kita berbeda jauh, setidaknya Maman mau mencari pekerjaan ketika tidak mendapatkan proyek bangunan,” tuturnya. (Wivy-Zetizen/Radar Banten)