SERANG – Direktur Akademi Anti Korupsi ICW, Ade Irawan mengungkapkan, saat ini telah terjadi regenerasi terhadap pelaku korupsi, dimana banyak kalangan anak muda yang menjadi koruptor.
Padahal menurut Ade, selama ini pelaku korupsi selalu identik dengan kaum tua, yang memiliki jabatan tinggi di pemerintahan pusat dan daerah, maupun di DPR RI dan DPRD.
“Jadi sekarang ini bukan hanya modus korupsinya yang semakin canggih, tapi pelaku korupsinya cenderung semakin muda,” kata Ade saat memberikan materi tentang isu korupsi dalam kegiatan workshop jurnalistik yang digelar KPK, di Hotel Horison Ultima Ratu, Kota Serang, Sabtu (27/7).
Selain Ade, turut hadir sebagai pemateri workshop jurnalistik adalah peneliti KPK Timotius, dan Redaktur pelaksana Koran Tempo Sunudyantoro.
Ade melanjutkan, banyaknya anak muda yang memimpin sejumlah partai politik, perusahaan dan memimpin organisasi pemerintahan, harusnya bisa menjadi harapan masa depan Indonesia. Namun sayangnya, korupsi sudah semakin menyentuh kaum muda. “Kaum muda juga tahu bila korupsi merupakan kejahatan yang luar biasa, karena dampak akibat korupsi sangatlah besar. Namun saat memiliki kekuasaan, mereka rentan lupa,” tuturnya.
Ade menambahkan, ada kebiasaan di kalangan anak muda yang bisa menimbulkan potensi korupsi. Seperti, menyontek, plagiat, titip absen, penyalahgunaan dana beasiswa, korupsi waktu, gratifikasi ke dosen, dan melakukan pencurian. Maka dari itu, dibutuhkan peran lembaga pendidikan dan jurnalis dalam hal pemberantasan korupsi.
Ia menjelaskan, perguruan tinggi menjadi pusat gerakan akademik untuk pemberantasan korupsi dan mendorong gerakan pemberantasan korupsi baik secara lokal, maupun nasional. “Tapi kami sangat berharap pada para jurnalis dalam melawan korupsi. KPK sadar betul pentingnya peran para jurnalis dalam sosialisasi pencegahan korupsi,” ujar Ade.
Senada, peneliti KPK Timotius menuturkan, para pelaku korupsi kalangan anak muda biasanya para pengusaha ataupun pejabat yang masih baru menjejakkan karir di pemerintahan. “Pola pelaku tidak bergeser banyak. Tapi pelaku malah jauh lebih muda. Seperti ada regenerasi,” ujarnya.
Agar anak muda di Banten terhindar dari bahaya laten korupsi, Timotius berharap jurnalis di Banten gencar memublikasikan persoalan korupsi. “Kalau tidak ada korupsi, pembangunan di daerah akan dirasakan langsung oleh masyarakat,” ungkapnya.
Sementara itu, panitia workshop media, Yus Ardiansyah mengatakan kegiatan workshop dan pelatihan jurnalistik dengan tema jurnalis lawan korupsi akan digelar di 9 kota di 9 provinsi. “Kegiatan di Kota Serang ini merupakan yang kedua, sebelumnya workshop dan pelatihan jurnalis dilaksanakan di Manado Sulawesi Utara,” katanya.
Yus menambahkan, pelatihan ini merupakan rangkaian kegiatan Apresiasi Jurnalis Lawan Korupsi (AJLK) 2019 yang akan dimulai 1 Agustus mendatang.
“KPK bekerjasama dengan Aliansi Jurnalis Independen dan Tempo Institute. Ini salah satu upaya KPK sebagai saluran publik dan jurnalis untuk menuangkan kegeramannya terhadap korupsi,” jelas Yus. (Deni S)