Andai waktu bisa terulang kembali. Begitulah harapan Supri (34), nama samaran, yang menyesal sudah membuat kesalahan sehingga memicu istrinya, sebut saja Wati (34) sedih dan marah. Kalau sudah begitu, ucapan Wati pasti selalu bikin sakit hati, karena kerap mengungkit masa lalu.
Saat ditemui Radar Banten di kediamannya di Kecamatan Taktakan, Supri siang itu sedang sibuk memandikan burung perliharaannya. Lelaki berbadan mungil itu pun tak sungkan untuk diajak berbincang dan membahas soal rumah tangga, di sela memandikan burungnya. Waktu bertemu dengan Supri, kebetulan istri dan anaknya sedang pergi ke pasar, sehingga Supri lebih leluasa bercerita soal perilaku negatif istrinya. “Soalnya, kalau istri saya sudah ngambek, pasti omongannya bikin kuping dan hati panas, seperti hidup di neraka,” ujarnya. Ah Abang nih ngarang, kayak yang pernah masuk neraka aja. “Bercanda,” tepisnya.
Penilaian Supri, sebetulnya Wati perempuan yang baik dan istri yang bertanggungjawab. Bukan hanya itu, parasnya juga enak dipandang dan bodinya menggoda. Karena itu pula membuat Supri masih kuat bertahan meski kadang sering dibuat sakit hati dengan ucapan Wati yang suka membuka luka lama. “Dia tuh bagi saya sempurna. Cuman omongannya doang yang kadang suka enggak enak,” kesalnya. Jangan dimakan dong kalau enggak enak.
Sementara Supri wajahnya biasa saja, tidak ada yang istimewa. Tubuhnya juga mungil, rambutnya sedikit ikal. Beruntung Supri pergaulannya luas. Soal urusan rezeki tidak ada masalah, ada saja untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya. Supri bekerja sebagai fotografer pernikahan. “Gara-gara corona, lagi enggak ada job,” keluhnya. Kan sudah ada kerjaan mandiin burung tuh.
Supri dan Wati menikah berkat perjodohan orangtua. Meski awalnya Wati menolak dijodohkan, berkat gombalan Supri yang sok-sok romantis, akhirnya cinta itu bersemi juga. “Saya berhasil naklukin dia,” akunya bangga. Kepaksa kayaknya.
Mengawali rumah tangga, awalnya Supri tinggal bersama orangtua Wati. Dengan perangai Supri yang pandai bicara, tak butuh lama untuk Supri memenangkan hati mertua, bahkan langsung akrab. Hingga suatu hari, kehidupan rumah tangga Supri dan Wati dilanda krisis ekonomi setelah Supri mengundurkan diri dari pekerjaannya. “Waktu itu ada konflik sama bos, jadi saya enggak kerja enam bulan,” akunya. Jangan suka konflik Bang, enggak ada untungnya.
Merasa mulai kesulitan keuangan, mau minta orangtua juga malu karena sudah sering dibantu, akhirnya Supri terpaksa menjual perhiasan istri. Mulai dari cincin pernikahan, kalung, hingga gelang untuk membeli kamera. “Semua sudah saya ganti (perhiasan-red). Ya meski jumlah gramnya enggak sesuai sama yang dulu saya pinjam,” ujarnya. Berarti belum diganti tuh, belum utuh.
Tak disangka, hal itu selalu diungkit Wati setiap mereka bertengkar. Yang membuat Supri sakit hati, istrinya suka membahas masa lalu yang kelam itu di depan mertua, bahkan tetangga yang kebetulan sedang main ke rumah. “Saya suka malu, kesel dengerin omongan istri,” kesalnya. Makanya gantiin full dong.
Merasa persoalan itu harusnya menjadi konsumsi pribadi, Supri mencoba menasihati Wati agar tidak mengungkit masa lalu jika sedang ribut. Namun, Wati sepertinya menjadikan hal itu sebagai senjata utama untuk memberi perlawanan kepada Supri. Setiap terjadi keributan, Wati begitu saja mengulang luka lama. “Makanya sekarang kalau dia lagi ngomel, saya pura-pura enggak denger aja,” katanya. Awas loh jadi enggak bisa denger beneran.
Kalau sudah keterlaluan dan tak tahan, Supri bisa sampai memilih pergi dan menginap di rumah teman. Dua hari kemudian baru pulang. “Biasanya kalau saya udah enggak pulang dua hari, dia baru ngerti dan minta maaf,” ujarnya. Tandanya masih sayang tuh bang. Semoga langgeng deh. (mg06/zai)