SERANG, RADARBANTEN.CO.ID – Warga Desa Lebak, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Serang membongkar rumah mantan kepala desanya bernama Baha di Kampung Pabuaran, Desa Lebak.
Meski sempat menjabat selama dua periode dari 2007 hingga 2019, kondisi rumahnya memprihatinkan.
Hal tersebut terjadi karena rumah milik Jaro Baha, panggilan akrab masyarakat, sudah lapuk dimakan usia.
Warga pun kemudian berinisiatif memperbaiki bagian dapur rumah Jaro Baha yang sudah memiliki tembok agar atapnya kuat dan dapat menjadi tempat untuk beristirahat. Sementara bagian depan dan juga ruang tamunya dibiarkan rata dengan tanah.
Kondisi rumah yang terbuat dari kayu dan juga bambu tersebut juga sudah sangat memprihatinkan. Kondisi atap sudah banyak yang jebol, lantai kayu yang sudah lapuk, tiang penyangga atap yang sudah keropos dan yang paling parah ialah banyaknya genteng yang berjatuhan.
Melihat kondisi tersebut, warga kemudian berinisiatif untuk membantu membongkar rumah pria yang memiliki nama asli Saefudin itu agar tidak menimbulkan korban jiwa karena ada beberapa anak kecil yang tinggal di rumah tersebut.
Berdasarkan hasil obrolan jurnalis RADARBANTEN.CO.ID, rumah milik Saefudin tersebut memang kondisinya sudah mulai rusak jauh sebelum ia menjabat sebagai kepala desa.
“Dari tahun 1976 dulu baru sempat direhab. Sampai dengan sekarang ini baru dibongkar dan rencananya diperbaiki seadanya. Kemarin ada sekitar 40 orang lebih yang ikut membantu membongkar rumah ini. Itu kalau tidak stop terus berdatangan,” katanya saat ditemui di kediamannya, Kamis 17 Agustus 2023.
Jaro Baha mengaku dapat sedikit memperbaiki rumahnya tersebut berkat bantuan masyarakat yang ada di lingkungannya. Termasuk bahan baku, seperti kayu, bambu dan pasir.
“Ini juga dibongkar dan mau dibangun lagi berkat adanya bantuan dari masyarakat yang menyumbangkan pohon kelapa dan juga bambu-bambu, bahkan pasir untuk pembangunan,” jelasnya.
Bahkan, bukan hanya membantu dari segi material, banyak juga warga yang secara sukarela untuk membantunya kembali membangun istana kecilnya secara sukarela.
“Saat ini yang bekerja membantu membangun rumah mereka sukarela karena saya gak sanggup untuk membayar. Karena untuk makan aja susah,” katanya.
Ia merasa bersyukur karena banyak orang yang perduli memberikan sumbangsih untuk membantu pembangunan rumahnya yang diisi oleh sebanyak 11 orang.
Kondisi Rumah Jaro Baha sebelum dibongkar warga.
Saat menjabat sebagai kepala desa, ia sebenarnya sudah memiliki niatan untuk membangun rumahnya itu karena kondisinya sudah rusak. Namun karena ketiadaan biaya ia menunda niatannya itu.
“Kondisi rumah sudah rusak dari dulu, sudah kumuh semenjak jadi kepala desa juga. Sudah kumuh karena tidak ada uang untuk merehab, ya mau bagaimana,” tegasnya.
Meskipun saat itu ia memiliki kuasa untuk menggunakan dana desa, atau mengalokasikan program pemerintah untuk kepentingan pribadi, ia tidak memiliki niatan sedikit pun untuk menggunakan hal tersebut.
“Kalau yang berpikir materialistis pasti akan mempertanyakan kenapa bisa kepala desa dua periode tinggal di rumah seperti ini, tetapi yang berpikir jernih ya bisa saja,” jelasnya.
Menurutnya menjadi seorang kepala desa bukanlah untuk memperkaya diri sendiri dan juga sebagai tempat untuk memuaskan nafsu. Menjadi seorang kepala desa adalah untuk mengabdi kepada masyarakat.
“Kepala desa bukanlah untuk memperkaya diri sendiri, melainkan tempat pengabdian. Kalau tidak punya niatan baik untuk menjadi kepala desa mending usaha saja yang bener, karena di desa itu lebih besar pasak dari pada tiang,” jelasnya.
Ia pun menceritakan asal mula dirinya bisa menjadi seorang kepala desa di Desa Lebak. Saat itu dirinya tidak mengeluarkan biaya sepeser pun untuk pencalonan lantaran memang tidak memiliki biaya.
“Saya sudah diminta oleh masyarakat sejak dulu untuk mencalonkan diri menjadi kepala desa, tapi baru 2007 itulah saya menerima permintaan masyarakat untuk nyalon. Alhamdulillah menang, bahkan mitos kepala desa Lebak tidak bisa dua periode pun bisa terpecahkan,” ungkapnya.
Dahulu, kondisi Desa Lebak sangat amat memperihatinkan. Mulai dari kondisi infrastruktur jalan yang rusak parah, kesulitan air bersih hingga tidak memiliki kantor desa untuk melaksanakan tugas negara.
Pada saat ia menjabat sebagai kepala desa, ia mulai memecahkan satu demi satu masalah yang ada di desanya, mulai dari infrastruktur jalan, kantor desa hingga dengan permasalahan air.
“Sekarang alhamdulillah kantor desa sudah ada, jalan sudah bagus, bahkan sudah ada pipanisasi untuk memecahkan permasalahan kesulitan air,” jelasnya.
Ia merasa bersyukur karena sudah menjalankan tugas kepala desa dengan selamat dan tanpa adanya permasalahan. Saat ini aktifitasnya diisi dengan kegiatan-kegiatan keagamaan, seperti mengisi pengajian dan lain sebagainya.
Ia berpesan kepada para kepala desa yang masih menjabat untuk memiliki niatan baik dalam menjalankan roda pemerintahan di desa dan menjadikan jabatannya sebagai tempat pengabdian.
“Tergantung kemauan kepala desa, kalau good Will-nya ada, political will-nya ada, akan terealisasi. Kepada kepala desa yang ada di seluruh Indonesia mengabdi hanya untuk Allah, jadi kepala desa itu bukan tempat untuk mencari keuntungan,” pungkasnya. (*)
Reporter: Ahmad Rizal Ramdhani
Editor : Aas Arbi