LEBAK, RADARBANTEN.CO.ID – Kota Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, merupakan wilayah yang banyak menyimpan bangunan-bangunan bersejarah, bahkan hingga saat ini bangunan tersebut masih bisa ditemui dan beberapa dijadikan sebagai tempat wisata sejarah oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lebak.
Bagi yang hendak berkunjung ke Rangkasbitung atau sedang berada di Bumi Multatuli, ini tiga tempat yang wajib dikunjungi sebagai wisata sejarah:
1. Museum Multatuli
Museum Multatuli merupakan museum antikolonialisme pertama di Indonesia. Museum Multatuli merupakan bekas Kewedanaan Rangkasbitung yang saat ini sering dikunjungi wisatawan.
Lokasi Museum Multatuli berada di pusat Kota Rangkasbitung, tepatnya di Jalan Alun-alun Timur, Kelurahan Rangkasbitung Barat, Kecamatan Rangkasbitung.
Museum Multatuli dibuka dari hari Selasa sampai Minggu, kecuali hari Senin. Tiket masuk ke museum, untuk pelajar Rp 1.000 per orang, dewasa Rp 2.000 per orang, dan turis mancanegara Rp 15.000 per orang.
Museum Multatuli tentunya banyak menyimpan barang peninggalan sejarah era kolonialisme dan menceritakan keberadaan Eduard Douwes Dekker atau Multatuli saat tinggal di Kabupaten Lebak hingga bisa menulis buku “Max Havelaar” yang fenomenal.
2. Menara Air Rangkasbitung
Tempat yang wajib jika berkunjung ke Rangkasbitung, yakni Menara Air Rangkasbitung atau Water Toren Rangkasbitung yang diresmikan pada tahun 1931.
Water toren digunakan untuk mendistribusikan air di wilayah Rangkasbitung yang saat itu menjadi pusat kota dan industri di Banten.
Bangunan cagar budaya ini, saat ini dijadikan tempat wisata oleh Pemkab Lebak setelah melalui tahap renovasi pada awal tahun 2023.
Untuk masuk ke Water Toren Rangkasbitung tidak perlu membayar alias gratis.
Renovasi water toren juga dibuat dengan arsitektur modern, tetapi tidak menghilangkan unsur sejarah yang ada dalam bangunan tersebut.
3. Rumah Dinas Bupati Lebak
Bangunan cagar budaya yang hingga saat ini masih digunakan oleh Pemkab sekaligus Bupati Lebak untuk menerima tamu dan kunjungan pejabat dari wilayah lain ke Kabupaten Lebak.
Belum diketahui sejak kapan rumah ini dibangun, tetapi saat Eduard Douwes Dekker menjabat dari 21 Januari-4 April 1856, bangunan ini sudah ada dan menjadi tempat Bupati Lebak saat itu, yakni Adipati Karta Natanegara.
Rumah dinas Bupati ini merupakan bangunan berarsitektur indis dengan denah persegi panjang, rumah dinas merupakan bangunannya dengan kompleks yang cukup luas yang saat ini digunakan oleh Pemkab Lebak.
Pendiri Walking Tour Menjak Lebak, Acep Nazmudin mengatakan, wilayah Lebak tepatnya di Kota Rangkasbitung banyak menyimpan bangun bersejarah.
“Jadi banyak sekali ada yang masih terawat dan digunakan hingga saat ini, ada juga yang sudah terbengkalai dan sudah rusak,” katanya, Sabtu, 2 September 2023.
Diungkapkan Acep, beruntung masih ada bangunan yang masih terawat dan bisa dijadikan tempat wisata dan juga edukasi sejarah kepada masyarakat.
“Bersyukurnya di Kota Rangkasbitung saat ini Pemkab Lebak sudah melirik wisata sejarah dan ada beberapa bangunan yang akan direnovasi dan diperbaiki, semoga ke depannya makin banyak lagi,” ucapnya.
Rangkasbitung merupakan wilayah yang tak bisa dilepaskan dari masa perjuangan bangsa Indonesia. Pada masa kolonialisme, Lebak merupakan wilayah penting sebagai kota industri dan wilayah pertanian. (*)
Reporter : Nurandi
Editor: Agus Priwandono