SERANG, RADARBANTEN.CO.ID- Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Serang berencana akan melakukan pendataan susulan bagi para petani yang belum masuk dalam Elektronik Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (e-RDKK), sehingga menyebabkan mereka tak dapat membeli pupuk subsidi di kios.
Kepala DKPP Kabupaten Serang, Suharjo mengaku, pihaknya telah melakukan pendataan untuk e-RDKK sejak awal tahun 2023 lalu. Hal itu agar memastikan tidak ada petani yang tidak masuk dalam sistem sehingga mereka tidak dapat membeli pupuk subsidi. “Dari awal tahun sudah kita data. Yang masuk data itu yang punya Simluh dan punya kartu tani,” katanya, Rabu 31 Januari 2024.
Menurutnya, meskipun pendataan untuk e-RDKK sudah dilakukan sejak awal tahun, namun tidak menutup kemungkinan adanya petani-petani yang belum terdata. Untuk itu, pihaknya akan membuka pendataan susulan agar nantinya mereka dapat terdata didalam sistem.
“Saat pendataan itu kita data semua, mungkin pada saat pendataan ada petani yang sedang tidak hadir sehingga tidak terdaftar. Mungkin juga KTP mereka tidak valid, sehingga tidak dapat terdata di sistem,” jelasnya.
Ia pun akan menginstruksikan agar para penyuluh yang ada agar melakukan pendataan dari sekarang agar nantinya pada saat penambahan quota pupuk para petani semuanya terdaftar.
“Kemungkinan akan kita lakukan pendataan susulan, karena kan ada rencana penambahan quota untuk pupuk subsidi dari kementan. Mudah-mudahan quota pupuk ini bisa menutupi kekurangan petani,” jelasnya.
Ia menegaskan dengan sistem yang diterapkan sata ini yakni pembelian pupuk berbasis aplikasi, para petani yang belum terdata dalam sistem tidak akan dapat membeli pupuk subsidi lantaran jatahnya sudah ditentukan pemerintah di dalam sistemnya.
“Kalau yang belum terdaftar sama sekali kita belum bisa soalnya sekarang pembelian pupuk subsidi itu harus dengan membawa KTP minimal, nanti ada foto saat membawa pupuk untuk pertanggungjawaban. Ada juga alamat penerimanya, jadi lengkap,” terangnya.
Menurutnya, adanya pengurangan kita yang diberikan bukan hanya berimbas pada petani yang tidak terdata, melainkan juga berimbas kepada mereka yang sudah masuk dalam e-RDKK.
“Nah memang untuk pupuk kita ada pengurangan quota tahun 2023 itu 23 ribu ton sekarang hanya 11 ribu ton. Hampir 50 persen berkurang. Sehingga kita kurangi jatah per hektarnya,” jelasnya.
Lebih lanjut, untuk mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia ber subsidi, pihaknya berencana akan mengarahkan para penyuluh pertanian untuk memberikan pelatihan pada para petani untuk memanfaatkan limbah pertanian supaya menjadi pupuk organik yang bisa mereka manfaatkan.
“Pembuatan pupuk organik ini masih dalam pelatihan, beberapa penyuluh sudah kita bekali supaya melatih menggunakan pupuk dari limbah pertanian, mulai dari sayuran yang busuk, buah-buahan yang kadaluarsa. Itu ada pelatihannya,” pungkasnya.
Diketahui sebelumnya jika Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Serang mendapatkan banyak laporan dari para petani yang tidak bisa membeli pupuk subsidi di toko lantaran tidak terdaftar di sistem.
Ketua KTNA Kabupaten Serang Anani Syarif mengaku, ia banyak mendapatkan keluhan dari para petani yang tidak dapat membeli pupuk subsidi saat diberlakukannya pembelian pupuk berbasis sistem.
“Kenyataan di lapangan, banyak para petani yang datang ke kios tapi mereka tidak bisa beli karena sekarang pake sistem, jadi banyak para petani yang tidak masuk di sistem,” katanya.
Padahal, lanjut Anani, mereka sudah terdaftar dalam Rencana Definitif Kebutuhan Kelompoktani (RDKK) dan pada tahun sebelumnya selalu mendapatkan bantuan pupuk subsidi. Akibatnya, mereka kini kesulitan mendapatkan pupuk subsidi lantaran tidak dapat membeli ke kios.
“Padahal kan dasarnya di RDKK, tapi kenapa bisa seperti itu. Tahun-tahun sebelumnya selalu dapet, baru tahun ini semenjak harus pakai aplikasi ya itulah,” tegasnya.
Ia mengaku laporan yang ia Terima mengenai petani yang tidak dapat membeli pupuk subsidi merata di seluruh kecamatan. “Banyak, di tiap kecamatan ada. Dari KTNA kecamatan melaporkan di grup. Yang perlu diingat, yang datang ke kios itu ga mungkin selain petani,” pungkasnya. (*)
Reporter: Ahmad Rizal Ramdhani
Editor: Aditya