PANDEGLANG, RADARBANTEN.CO.ID – Cagar budaya bangunan bersejarah peninggalan Belanda di pusat Kabupaten Pandeglang yakni water toren atau bak penampungan air, kini terlihat kurangnya perawatan.
Bangunan water toren ini yang berdekatan dengan lingkungan Pemerintahan Kabupaten Pandeglang, bangunan peninggalan Belanda ini masih berdiri kokoh, dengan mempertahankan keindahan ornamen khasnya meskipun telah bertahan dari berbagai zaman yang berganti.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, bangunan menara water toren ini berciri khas arsitektur Belanda itu dibangun sejak tahun 1848, yang dulunya berfungsi sebagai untuk memenuhi kebutuhan air di wilayah perkotaan, tetapi untuk saat ini water toren tersebut sudah tak lagi berfungsi.
Tampaknya bangunan bersejarah ini sangat menarik sebagai tempat untuk berswa-foto. Namun, disayangkan perlu adanya perawatan agar tetap memancarkan keindahannya baik pada siang maupun malam hari.
Salah satu pejalan kaki yang melintas, Fajar mengatakan, kondisi bangunan bersejarah ini dirasa perlu adanya sentuhan yang memikat dan menarik ketika dipandang, sehingga menjadi kesan aestetik ketika berswa-foto baik malam maupun siang hari.
“Iya kelihatannya seperti enggak terawat, sayang aja gitu kang saya rasa perlu ada perawatan, terus dihiasi lampu yang menarik biar malam atau siang juga bagus gitu,” ungkapnya, Senin 6 Mei 2024.
“Cuma ini ada rumput-rumputnya sama ada batang pohon tumbuh, kurang indah,” sambungnya.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Pandeglang, Rahmat Zultika, mengungkapkan bahwa water toren merupakan salah satu peninggalan bersejarah yang sangat penting bagi Kabupaten Pandeglang.
Dia menyatakan menjaga dan merawat water toren adalah tanggung jawabnya dalam melestarikan warisan cagar budaya daerah tersebut.
“Ya insyaallah, kita selalu berupaya untuk memelihara water toren itu agar tetap menjadi warisan budaya,” ucapnya.
Pihaknya menyinggung terhadap Dinas Lingkungan Hidup (DLH) terkait perawatan kebersihan di area water toren, yang seharusnya menjadi tanggung jawab mereka.
“Ya kalau kebersihan itu tugasnya teman-teman dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH),” katanya.
Pihaknya menyebutkan bahwa saat belum tersedia anggaran yang memadai untuk merawat bangunan bersejarah, termasuk water toren. Namun, pihaknya berencana untuk mengusulkan perawatan cagar budaya tersebut agar dapat dianggarkan pada tahun depan.
“Terkait dengan lampu dan sebagainya itu tetap kita upayakan kalau fiskal kita memungkinkan ada anggarannya, insyaallah kita usulkan tahun depan untuk ada penerangan yang Instagrambale,” katanya.
Ia menambahkan, untuk merawat agar bangunan cagar budaya tersebut terlihat menarik, diperlukan anggaran yang cukup besar, berkisar antara puluhan juta rupiah. Namun, hal ini memerlukan perencanaan yang matang sebelumnya.
“Ya misalnya, untuk membuat pencahayaan yang instagramable dengan desain lampu yang unik dan warna-warni yang sesuai dengan karakteristik water toren, diperkirakan biayanya berkisar antara Rp 30 juta hingga Rp 50 juta, tanpa memperhitungkan pajak,” tandasnya.
Reporter: Moch Madani Prasetia
Editor: Aditya