PANDEGLANG, RADARBANTEN.CO.ID – Ketua RW 03 , Desa Cikumbueun, Mamat mengaku sempat mau ditusuk oleh warga lantaran berniat membuka akses jalan baru menghubungkan Kampung Nanggorak-Ciapuslega, Desa Cikumbueun, Kecamatan Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang.
Pernyataan itu disampaikan Ketua RW Mamat di lokasi TMMD ke-121 di Kampung Nanggorak, Desa Cikumbueun, Kecamatan Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang.
Niatan Mamat membuka akses jalan baru itu pada tahun 2001. Adapun seorang warga yang akan melayangkan tusukan belati gegara batang pohon cengkeh sudah mati akan dibabat untuk akses jalan setapak.
Perjuangan Mamat membuahkan hasil setelah 23 tahun menunggu dengan dilaksanakannya program TMMD ke-121 di Kampung Nanggorak, Desa Cikumbueun, Kabupaten Pandeglang.
Ketua RW 03, Desa Cikumbueun, Mamat mengucapkan terima kasih kepada Kodim dan Pemkab Pandeglang melaksanakan kegiatan TMMD di Desa Cikumbueun.
“Untuk membuka akses jalur wisata menjadi lebih dekat. Baik obyek wisata Ke Leuwibumi, Curug Tomo, ke Citaman,” katanya kepada RADARBANTEN.CO.ID, Rabu, 24 Juli 2024.
Akses jalan yang dibuka menghubungkan Kampung Nanggorak-Ciapuslega. Serta tembus ke jalan Desa Kadukempong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang.
“Pertama saya ke sini tahun 2001, kondisi jalan masih jalan kerbau.
Jumlah warga itu ada delapan KK,” katanya.
Saat itu, dirinya meminta kepada warga agar menghibahkan tanah selebar dua meter untuk membuka akses jalan baru.
“Untuk jalan masyarakat. Namun saat itu tidak semua warga menyambut baik ada diantaranya sampai meminta denda gegara pohonnya kena tebang,” katanya.
Pada saat itu, minta denda sebesar Rp500 ribu. Terus olehnya disanggupi dengan memberikan uang denda.
“Saya juga sudah mau ditusuk sama belati. Namun tidak sampai terjadi karena dicegah sama sodara yang saat itu memang ada dibelakang saya,” katanya.
Mamat mengaku, selain memperjuangkan jalan, ia juga turut memperjuangan untuk mendapatkan jaringan listrik. Saat itu mengajukan kepada pihak PLN dan dikasih.
“Tapi tidak dikasih tiang, jadi hanya kabelnya aja. Waktu itu kabel kita panggul secara beramai-ramai dari Gunung Jalu,” katanya. (*)
Editor: Agus Priwandono