LEBAK, RADARBANTEN.CO.ID – Pemerintah dan berbagai komunitas kesenian terkait seperti Balai Pelestari Kebudayaan (BPK) Wilayah VIII, Museum Negeri Banten, Museum Multatulli, Komunitas Karawitan Indonesia (Kokarindo), Lebak Membara, dan Komunitas Kembali Serang menggelar kegiatan Rekam Jejak Budaya, 5-24 Agustus 2024.
Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan dan melestarikan budaya serta sejarah di Kabupaten Lebak.
Pameran Rekam Jejal Budaya mendapat respon positif dari masyarakat dan ratusan pelajar SD, SMA, SMK serta para guru dari berbagai sekolah di Kabupaten Lebak.
Pameran ini bertepatan dengan peringatan Hari Lahir Pancasila, sehingga menambahkan makna khusus pada acara ini.
Untuk memastikan bahwa budaya Lebak tetap hidup dan dapat diakses oleh generasi mendatang, pameran ini menampilkan berbagai koleksi dokumentasi dan arsip kesenian tradisional, termasuk foto, video, dan rekaman audio.
Adapun benda-benda yang dipamerkan adalah hasil kolaborasi bersama Museum Negeri Banten, Museum Multatuli, BPK Wilayah VIII, dan koleksi komunitas budaya seperti Lebak Membara dan Komunitas Kembali Serang.
Beberapa koleksi komunitas itu, di antaranya, alat musik tradisional seperti angklung buhun Baduy, kacapi buhun, rendo, suling kumbang, hatong, toleat, dan bedug.
Adapula koleksi alat tradisional seperti lisung dan poskolonial seperti peta-peta Banten lama, uang Banten, serta mesin cetak uang.
Direktur Komunitas Karawitan Indonesia (Kokarindo), Muhammad Rendy Aminudin, yang juga turut hadir untuk memberikan dukungan dan apresiasinya terhadap pelestarian budaya lokal.
Ia menekankan pentingnya pemeliharaan dan pelestarian warisan budaya sebagai upaya untuk menjaga bahasa, tradisi, seni, dan pengetahuan budaya di Kabupaten Lebak, terlebih lagi untuk generasi muda.
“Pameran ini dibuat menjadi edukasi bagi generasi-generasi yang mungkin tidak tahu nilai-nilai budaya yang ada di Banten dan Lebak,” ujar Rendi kepada RADARBANTEN.CO.ID, Selasa, 6 Agustus 2024.
Ia menuturkan, dalam kegiatan ini banyak koleksi-koleksi dari museum yang ada di Banten untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan anak dan remaja.
“Banyak koleksi-koleksi lain terkait sejarah dan budaya yang ada di Banten yang dipamerkan di Rekam Jejak Budaya, Saba Budaya Banten, semua itu ditampilkan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi dan inovasi terkini,” tandasnya.
Dede Abdul Majid, Direktur Guriang Tujuh Indonesia, juga menyampaikan apresiasinya terhadap semangat para siswa dan guru yang turut berpartisipasi dalam acara ini.
“Pelestarian budaya tidak hanya tentang menjaga tradisi, tetapi juga tentang mempersiapkan generasi mendatang untuk memahami dan menghargai warisan mereka. Melalui acara seperti ini, kita dapat memperkuat identitas budaya dan membangun rasa kebanggaan akan sejarah dan budaya kita,” terangnya.
Rekam Jejak Budaya tidak hanya menampilkan koleksi-koleksi berharga, tetapi juga mengajak masyarakat untuk lebih mengenal dan menghargai nilai-nilai budaya lokal.
Acara ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus melestarikan dan memajukan budaya daerah mereka.
Dengan adanya pameran Rekam Jejak Budaya, masyarakat diajak untuk melihat lebih dekat kekayaan budaya dan sejarah Kabupaten Lebak, serta menyadari pentingnya menjaga dan melestarikan warisan budaya agar tetap hidup dan dikenal oleh generasi mendatang. (*)
Editor: Agus Priwandono