SERANG,RADARBANTEN.CO.ID – Eneng belum lama ini harus menjalani perawatan akibat penyakit komplikasi dideritanya.
Eneng mengeluhkan sejumlah hal, mulai dari badan terasa meriang, serta sakit di bagian kepala dan perut.
Perempuan berusia 48 tahun ini sendiri memiliki Riwayat penyakit maag yang kerap kambuh.
Setelah melalui pemeriksaan laboraturium, ternyata selain maag, Eneng juga mengalami peningkatan kadar kolester.
Untuk memulihkan kondisinya, ibu dari enam orang anak ini harus menjalani perawatan selama tiga hari di sebuah klinik di Kecamatan Kopo, Kabupaten Serang.
Di sana, Eneng diinfus serta mendapatkan sejumlah penanganan medis lainnya.
Barulah setelah dinyatakan membaik setelah menjalani tiga hari perawatan, Eneng dipersilahkan untuk pulang.
“Kecuali biaya laboraturium, semuanya dibayar pakai BPJS Kesehatan,” ujar Eneng.
Eneng mengaku bersyukur karena biaya medis dicover oleh Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dari BPJS Kesehatan. Menurutnya, untuk masyarakat hidup di kampung, biaya ratusan ribu untuk sekali berobat sangat memberatkan.
Apalagi, lanjut Eneng, setelah mendengar harus menjalani rawat inap, biaya besar yang terlintas di kepala.
“Rawat inap kan pasti tuh ada biaya rawat, biaya obat, belum biaya-biaya lainnya, mikirin itu saja sudah pusing,” tutur Eneng.
Setelah tahu bisa dicover oleh BPJS Kesehatan, Eneng pun mengaku lebih tenang karena sudah tidak lagi harus memikirkan biaya rawat inap.
Ibu rumah tangga ini bercerita, baru sekira dua tahunan menjadi peserta BPJS Kesehatan. Ia didaftarkan oleh anaknya sebagai pesrta BPJS Kesehatan mandiri.
Sebelum terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan, tak kurang uang dari sebesar Rp200 ribu ia keluarkan setiap berobat, terlebih saat harus menjalani rawat inap.
Karena faktor usia dan kondisi tubuh yang memiliki penyakit bawaan, Eneng kerap harus berurusan dengan tenaga medis.
Setiap sakit, lanjut Eneng, saat itu yang ia pikirkan adalah biaya untuk berobat. Ia membayangkan besarnya biaya yang harus dikeluarkan.
Eneng mengaku awalnya enggan menjadi peserta BPJS Kesehatan karena kerap mendengar cerita buruk tentang peserta BPJS Kesehatan. Misalnya mendapatkan pelayanan kurang maksimal dari fasilitas kesehatan, hingga obat-obatan yang tidak bagus.
Namun, Ia diyakinkan oleh anaknya agar tetap menjadi peserta BPJS Kesehatan sebagai langkah antisipasi saat terjadi situasi yang buruk.
Setelah menjadi peserta BPJS Kesehatan, Eneng mengaku banyak terbantu. Paling tidak untuk biaya rawat inap ia tidak harus mengeluarkan biaya.
Namun Eneng tak menampik ada sejumlah obat yang harus ditebus karena menurut pihak fasilitas kesehatan tidak ditanggung BPJS Kesehatan.
“Saya kan kalau obat maag yang pil itu kan gak mempan, saya biasa minta yang disuntik, kata orang kliniknya kalau itu bayar lagi,” ujar Eneng.
Ia mengaku tidak tahu apakah yang disampaikan oleh pihak klinik benar atau tidak, karena yang ia ketahui, seluruh obat dan biaya pengobatan ditanggung oleh pihak BPJS Kesehatan.
Jika hal itu tidak benar, Eneng berharap hal itu menjadi perhatian pihak BPJS Kesehatan karena hal itu sangat berpengaruh bagi masyarakat.
“Masyarakat kan ada yang cocok dengan obat ini tapi gak cocok dengan obat yang satunya lagi, yah semoga sih semuanya ditanggung BPJS Kesehatan, biar makin tenang,” ujarnuya. (*)