SERANG,RADARBANTEN.CO.ID – Debat perdana tiga pasangan calon walikota dan wakil walikota Serang, pada 29 Oktober kemarin, dinilai masing-masing pasangan calon tidak memiliki program yang inovatif, dan terkesan hampir sama.
Hal itu dianggap, karena tiga pasangan calon itu tak mengetahui akar permasalahan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.
Akademisi dan pengamat menilai, acara debat bukan untuk menampilkan gimik dan siapa yang hebat dalam berpidato.
Pengamat politik, sekaligus peneliti Populi Center, Usep Saepul Ahyar mengatakan, debat perdana Pilkada Kota Serang dianggap tidak fokus dan jauh dari tema pembahasan.
Bahkan, pemaparan visi dan misi ketiga pasangan itu tidak menjawab inti persoalan yang diajukan. “Terlalu luas akhirnya tidak ada pendalaman sebenarnya kan kalau kita lihat,” kata Usep, Jumat, 1 November 2024.
Usep mengatakan, seharusnya debat calon kepala daerah dijadikan sebagai satu kesempatan para paslon, menyampaikan gagasannya secara maksimal, jelas, dan mendalam.
Namun, hal itu dianggap tak terlihat dari semua paslon di debat tersebut.
“Jadi dari melihat debat semalam, saya kira kita belum bisa memperdiksi apakah program ini realistis atau bisa dilakukan,” ucap Usep.
Melebarnya penyampaian tiga pasangan calon dari tema debat itu dinilai, karena tidak mendalamnya pemaparan program unggulan. Menurut Usep, hal itu karena tidak konsistennya cara berpikir ketiga paslon.
“Ya belum konsisten aja sih kalau menurut saya cara berpikirnya,” ujar Usep.
Kemudian, Usep melihat, ketiganya tidak memiliki program yang bisa menjawab persoalan di Kota Serang. Bahkan, ketiganya cenderung tak inovatif dalam mengusung program untuk masyarakat. Salah satunya, pada sektor Pendidikan, ketiganya sama-sama menawarkan program sekolah gratis dan beasiswa untuk masyarakat.
Usep menyarankan, pada debat berikutnya, paslon harus bisa memahami lebih dulu akar persoalannya. Agar, apa yang ditawarkan ke masyarakat bisa menjadi inovasi untuk menjawab persoalan secara komprehensif.
Editor: Bayu Mulyana