Oleh: Dr Rimun Wibowo, Ketua Program Studi Ilmu Lingkungan FTS UIKA Bogor
Proyek Pantai Indah Kapuk 2 (PIK 2), sebuah kota mandiri di kawasan pesisir utara Kabupaten Tangerang, dirancang untuk menyediakan area hunian, komersial, dan rekreasi terpadu. Sebagai proyek besar yang berdampak pada lingkungan serta melibatkan interaksi langsung dengan masyarakat sekitar, penerapan prinsip ESG (Environmental, Social, Governance) sangatlah krusial. Dalam beberapa waktu terakhir, proyek ini telah menjadi sorotan akibat insiden kecelakaan dan ketegangan sosial di area tersebut, yang semakin menegaskan urgensi penerapan prinsip-prinsip keberlanjutan ini.
ESG tidak hanya menjadi jargon dalam dunia korporasi modern tetapi juga panduan nyata bagi proyek besar seperti PIK 2. Tanpa perhatian pada standar keselamatan bagi masyarakat dan tanggung jawab lingkungan yang memadai, risiko ketegangan sosial dan dampak negatif pada komunitas sekitar akan meningkat. Prinsip ESG mencakup berbagai aspek yang jika dijalankan dengan baik, dapat meminimalkan potensi konflik dan bahaya, serta memastikan proyek berjalan tanpa membahayakan atau merugikan lingkungan dan masyarakat.
Risiko Ketegangan Sosial dan Pentingnya Standar Community Health and Safety
Penerapan standar internasional dalam keselamatan masyarakat atau community health and safety menjadi aspek yang sangat mendasar dalam proyek semacam ini, terutama karena adanya aktivitas kendaraan berat dan pekerjaan konstruksi yang berisiko tinggi. Kehadiran truk-truk tanah yang lalu-lalang di jalanan yang juga digunakan oleh warga lokal meningkatkan risiko kecelakaan, dan pengembang harus memiliki protokol ketat untuk mengatur pergerakan kendaraan ini agar tidak mengganggu atau membahayakan warga sekitar.
Dalam memenuhi aspek ini, sudah seharusnya seluruh mata rantai proyek diwajibkan untuk memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) terkait keselamatan pekerja serta kesehatan dan keselamatan masyarakat sekitar. Implementasi SOP ini harus dilaksanakan secara disiplin sehingga setiap tahap kegiatan konstruksi dapat berlangsung tanpa risiko bagi komunitas lokal. Insiden-insiden yang terjadi baru-baru ini, seperti kecelakaan yang melibatkan kendaraan proyek, menjadi cerminan dari perlunya pengawasan ketat terhadap implementasi standar keselamatan ini. Tanpa langkah antisipasi yang memadai, ketegangan dengan warga lokal hanya akan meningkat, merugikan masyarakat sekaligus mengancam kelangsungan proyek itu sendiri.
Pengelolaan Lingkungan yang Ketat di Area Pesisir
Sebagai proyek yang berlokasi di area pesisir, PIK 2 juga memerlukan pengawasan lingkungan yang lebih ketat. Dampak reklamasi terhadap ekosistem laut dan pesisir harus dipertimbangkan secara cermat untuk memastikan bahwa ekosistem ini tidak rusak akibat aktivitas proyek. Banyak proyek besar yang melibatkan reklamasi telah terbukti memiliki dampak signifikan pada lingkungan pesisir, memengaruhi tidak hanya ekosistem setempat tetapi juga masyarakat yang bergantung pada sumber daya alam di wilayah tersebut.
Dalam hal ini, penting bagi pengembang untuk melakukan evaluasi dan penilaian dampak lingkungan yang menyeluruh sebelum dan selama proyek berjalan. Pengelolaan dampak lingkungan yang buruk hanya akan memperburuk potensi konflik dengan masyarakat setempat serta mengorbankan ekosistem yang seharusnya dijaga. Keberlanjutan dan keseimbangan lingkungan adalah hal yang tidak bisa diabaikan, karena kerusakan ekosistem pesisir akan berdampak langsung pada kualitas hidup masyarakat di sekitarnya.
Tanggung Jawab Sosial: Transparansi dan Komunikasi dengan Masyarakat
Transparansi dan komunikasi yang terbuka dengan masyarakat sekitar adalah elemen penting lainnya dalam penerapan prinsip ESG. Dalam proyek sebesar PIK 2, memastikan bahwa warga lokal mendapatkan informasi yang jelas dan teratur terkait setiap langkah yang diambil proyek sangatlah esensial. Banyak ketegangan yang terjadi di berbagai proyek skala besar sering kali diakibatkan oleh kurangnya informasi atau ketidaklibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan yang berpotensi berdampak langsung pada kehidupan mereka.
Kurangnya komunikasi yang bermakna (meaningful) kepada masyarakat berisiko menimbulkan ketidakpercayaan dan bahkan penolakan dari warga lokal. Jika masyarakat dilibatkan dan masukan mereka dihargai, pengembang tidak hanya dapat membangun hubungan yang baik tetapi juga mengurangi risiko konflik. Pendekatan yang lebih inklusif ini memberi ruang bagi masyarakat untuk memberikan masukan yang berharga, sehingga proyek dapat berjalan lebih selaras dengan kebutuhan dan aspirasi mereka.
Peringatan bagi Pengembang: Menempatkan ESG sebagai Prioritas Utama
Penerapan prinsip ESG dalam proyek besar seperti PIK 2 bukanlah sekadar formalitas, melainkan kebutuhan yang nyata untuk melindungi masyarakat dan ekosistem. Jika prinsip-prinsip ESG tidak diterapkan dengan sungguh-sungguh, dampak negatifnya akan dirasakan tidak hanya oleh masyarakat, tetapi juga oleh proyek itu sendiri. Insiden-insiden yang telah terjadi seharusnya menjadi pengingat bagi pengembang untuk lebih mengutamakan keselamatan masyarakat dan lingkungan.
Pada akhirnya, menempatkan keselamatan publik dan tanggung jawab lingkungan sebagai prioritas adalah hal yang esensial dalam setiap proyek besar. Ini bukan sekadar upaya menghindari konflik, tetapi sebuah langkah nyata untuk memastikan keberlanjutan serta kesejahteraan bersama bagi masyarakat dan lingkungan di sekitarnya.
Editor : Aas Arbi