SERANG, RADARBANTEN. CO. ID – Dinas Pariwisata (Dispar) Banten mencatat 153.681 wisatawan mengunjungi berbagai destinasi wisata di Banten pada libur panjang natal dan tahun baru 2024-2025. Jumlah ini, tergolong sedikit dan jauh dari target yang sebelumnya direncanakan Dispar, yakni dua juta wisatawan.
Bahkan, jumlah ini anjlok jika dibandingkan dengan data kunjungan wisata saat nataru tahun 2023 yang mencapai 262.942 orang. Berdasarkan data yang diperoleh dari Siaga Wisata Nataru 2024, kunjungan wisatawan paling banyak tercatat di Kabupaten Lebak yang mencapai 38.440 orang, lalu disusul Kota Tangerang Selatan 31.726 orang, dan Kabupaten Pandeglang 28.700 orang.
Sementara di daerah lainnya masih di bawah 25 ribu, seperti di Kota Cilegon yang kunjungan wisatawannya hanya 21.546 orang, Kabupaten Serang 19.645 orang, Kabupaten Tangerang 9.130 orang, Kota Serang 4.314 orang, dan Kota Tangerang 180 orang.
Plt Kepala Dispar Banten Tri Nurtopo mengatakan, trend Kunjungan harian wisatawan libur Nataru 2024 bersifat fluktuatif dan polanya hampir sama dengan Nataru 2023. “Tapi alhamdulillah pada hari ini (Rabu 1 Januari 2025, red) ada peningkatan. Seperti di Pantai Lagundi Anyer, pengunjung yang beraktifitas di air mencapai 300 orang. Alhamdulillah situasi di sana juga dalam pantauan aman terkendali, “ujar Tri Nurtopo, Rabu 1 Januari 2025.
Tri mengungkapkan, rendahnya kunjungan wisatawan selama Libur Nataru 2024 disebabkan karena cuaca ekstrem dan adanya isue Megatrust. Ia tidak menampik jika destinasi wisata di Banten mulai ditinggalkan oleh para pengunjungnya. “Betul, mereka cari suasana baru, seperti ke Bandung, Puncak dan tempat-tempat lainnya, “ucapnya.
Belum lagi soal praktik pungutan liar (pungli), menurutnya, destinasi wisata alam khususnya pantai di Banten sangat rentan terjadinya pungli. Dan juga ketok harga, dimana penjual mengetok harga makanan maupun minuman kepada para pengunjung yang pada akhirnya membuat wisatawan kapok untuk datang lagi.
Tri mengaku, pada Nataru ini pihaknya telah melakukan langkah antisipasi dengan cara mengomunikasikan pelaku usaha juga pengelola wisata untuk mencegah adanya praktik negatif yang dapat mencoreng image pariwisata di Banten ini.
“Mudah-mudahan ke depan lebih baik,” pungkasnya.
Editor: Mastur Huda