PANDEGLANG,RADARBANTEN.CO.ID-Puluhan bagan apung penangkap ikan milik nelayan di perairan Pulau Liwungan, Desa Citeureup, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang, rusak dihantam ombak tinggi dan angin kencang. Kerusakan bagan apung menyebabkan nelayan kehilangan penghasilan jutaan rupiah.
Berdasarkan informasi, ombak tinggi dan angin kencang berlangsung dari Oktober 2024 hingga Januari 2025. Puncak badai terjadi pada bulan Desember 2024 yang menyebabkan banyak bagan nelayan mengalami kerusakan akibat cuaca buruk berupa gelombang tinggi dan angin kencang.
Adapun bagan apung milik nelayan terbuat dari bambu dan tong yang biasa digunakan menangkap ikan teri dan cumi di perairan Pulau Liwungan, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang.
Salah satu nelayan asal Desa Citeureup Ano mengungkapkan, puluhan bagan nelayan rusak akibat cuaca buruk.
“Karena rusak, bagan sementara di tarik ke tepi pantai. Untuk dilakukan perbaikan,” katanya kepada RADARBANTEN.CO.ID, 14 Januari 2025.
Perbaikan dilakukan dengan mengganti bambu yang patah atau pecah remuk. Serta mengganti atap rumbia tempat berteduh.
“Biaya perbaikan bagan ini menghabiskan biaya jutaan rupiah. Untuk pembelian bambu, atap rumbia, tali pengikat, tong dan upah kerja,” katanya.
Ano mengungkapkan, perbaikan bagan baru dilakukan saat ini karena memang kondisi cuaca angin barat. Dimana angin barat terus berhembus.
“Menyebabkan paceklik ikan. Jadi saat gak musim ikan ini, bagan biasa di tengah laut kita tarik ke pinggir dulu untuk diperbaiki,” katanya.
Ano mengatakan, kalau ia baru akan melaut lagi pada bulan Februari mendatang. Saat angin barat sudah berlalu.
“Kalau bagan apung miliknya untuk menangkap ikan teri. Kebanyakan teri tapi kalau lagi musim cumi ya tangkap cumi juga,” katanya.
Ketika lagi musim, Ano mengaku, dalam semalam itu bisa memanen ikan teri banyak dan kalau dirupiahkan dapat Rp5 juta.
“Itu kalau lagi musim. Kalau saat kondisi cuaca buruk begini ya kita banyak pengeluaran,” katanya.
Ano mengungkapkan, biaya pembuatan bagan apung yang memiliki ukuran panjang 12 meter dan lebar 12 meter ini kurang lebih Rp40 juta.
“Untuk biaya pembelian bambu, tong, tali pengikat, dan upah kerja. Adapun cara kerja bagan apung ini berpindah-pindah tempat dengan ditarik menggunakan perahu ke titik lokasi banyak ikan,” katanya.
Nelayan lainnya, Jejen mengatakan, saat ini kondisi cuaca sedang tidak bersahabat.
“Membuat kami para nelayan bagan sementara menepi dulu. Untuk melakukan perbaikan bagan dan menunggu sampai cuaca bagus,” katanya.
Kondisi cuaca akan kembali membaik di bulan Februari mendatang.
“Kemungkinan bagan apung akan kembali ditarik ke tengah laut nanti di bulan Februari,” katanya.
Lebih lanjut Jejen mengatakan, biaya operasional bagan semalam itu kurang lebih Rp300 ribu.
“Kalau lagi banyak ikan ya ketutupi biaya operasional. Tapi kalau lagi begini (cuaca buruk) ya kita kehilangan penghasilan jutaan rupiah,” katanya.
Reporter: Purnama Irawan
Editor: Agung S Pambudi